Part 13 : Bongkar cerita cinta

267 13 3
                                    

Beruntung sekali, orang tuaku mengajak aku untuk liburan ke rumah nenek di Bandung. Aku diajarkan untuk memetik buah strawberry, menanam tanaman di kebun, memancing ikan, bercocok tanam di sawah, sampai menjahit baju. Kalau kata nenekku, aku sudah siap menjadi ibu rumah tangga yang baik karena aku sangat piawai melakukan semua itu. Sedikit menyombongkan diri saat aku menceritakan hal-hal tersebut kepada Milda, Vero, dan Gisca. 

Dengan kesibukan yang dilakukan disana, membuatku tidak terlalu memikirkan tentang Justin. Tapi hal itu hanya bertahan sementara. Setiap malam aku selalu melihat line nya, berharap dia chat atau telpon aku, tapi kenyataannya tidak. Inginnya sih aku yang menghubungi dia duluan, ya tau sendiri aku mana berani. Belum sempat tekan send, isi pesan itu aku hapus kembali. Begitu seterusnya.. 

"jadi gini ya terjebak friendzone?" kataku sambil menatap profil line nya. 

Itulah hal yang aku lakukan setiap malam selama 40 hari penuh. Bagaikan menunggu gerhana yang terjadi sekali dalam waktu lebih dari bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun. Sepertinya tak pantas mau nanya sedang apa dan sama siapa, status saja hanya berteman.

Saat sedang memikirkan hal bodoh itu, tanpa diduga-duga Justin menelponku via line. Sepertinya malam ini adalah malam keberuntunganku. Tiba-tiba terpikir bahwa malam ini pikiran Justin sedang terkoneksi dengan pikiranku, tapi hanya pikiran, bukan hati. Dengan sigap aku langsung mengangkat telpon darinya. 

"Hi, Jess.." dia menyapa duluan dengan nada suara riang. 

"oh hi, Justin. Ada apa?". 

"mmm cuma mau nelpon lo aja kok. Kita kan udah lama gak keep in touch. Kenapa lo lagi sibuk ya?" tanya dia dengan suara sedikit gugup. 

"gak kok, gak.. gue cuma lagi tidur-tiduran aja. Oh iya kita udah lama gak telponan hehe" sedikit kuberi tawa palsu agar tak terlalu terdengar awkward

"gimana liburannya? Gak nyangka ya kita 40 hari gak ketemu". 

"gue liburan di rumah nenek sih di Bandung. Iya udah lama juga ya" kataku. 

"GUE KANGEN BERAT TAU SAMA LO! KENAPA LO GAK PEKA SIH!!" teriakku dalam hati.

"oh gitu, uhuk.. gue beberapa hari lagi bakal pulang nih kesana" kata dia sambil terbatuk. 

"wah bagus dong, jangan lupa oleh-oleh!! Haha" ini baru tertawa beneran. 

"Justin, lo lagi sakit?" tanya gue cemas. 

"gak kok. Cuma disini dingin aja. Gue lagi di Australia sekarang, tepatnya di Darwin". 

"oh gitu, yaudah jaga kesehatan ya.. kan sebentar lagi mau jalan-jalan ke Yogyakarta" sebenarnya aku sedikit malu dengan mengatakan seperti itu. 

"mmm iya thanks ya Jess." 

Tiba-tiba ada keheningan muncul diantara kita. Biasanya kalau sedang di situasi seperti ini, Justin akan melempar guyonan nya atau bakal sok kege'eran. Entah mengapa setelah bermain ToD, Justin jadi sedikit serius kalau mengobrol denganku. 

"Jess?" tanya Justin. 

"mmm" jawabku singkat. 

"Jess?" tanya dia lagi. 

"apa sih Justin? Gak jelas deh lo". 

"Jess, kalo gue gak ikut ke Yogya, lo bakal gimana Jess?" tanya dia pelan. 

Aku terdiam.. aku sama sekali tak bisa membayangkan kalau Justin sampai tak ikut ke Yogya bareng teman-teman kuliah, bareng aku lebih tepatnya. 

"MARAH!" jawabku dengan singkat dan nada sedikit meledak. 

"ya ampun Jess, lo lagi PMS ya? kan gue bilang 'kalo' Jess.." jawab dia dengan nada ciut. 

"HAHAHA sorry, abisnya lo nanya nya serius gitu. Tapi awas aja lo kalo batal ke Yogya, lo gue potong-potong terus gue jadiin makanan buat Yoga nih!!" 

"jadi Jessy akan menjelma jadi tukang jagal kalo gue batal ke Yogya, okay sekarang gue takut". 

Tawaku tambah pecah mendengar jawaban Justin. 

"mmm udah dulu ya Jess, biaya telpon keluar negeri mahal nih"

"lah lo kan nelpon via line?"

"Oh iya lupa, tapi tetep aja harus udahan. see you next time ya." 

"okay deh.. see ya". Dia pun langsung menutup telponnya.

Disatu sisi aku senang sekali bisa mendengar suara Justin kembali, tapi disisi yang lain terlintas satu pernyataan bahwa Justin akan menjauh dariku. Dengan tiba-tiba air mata mengalir begitu derasnya di pipi. 

"gue gak mau dia jauh dari gue. Gue pengen kayak dulu lagi. Dengan keusilan, dan kege'eran dia yang juga terselip kepedulian yang tulus buat gue. Gue gak mau Justin yang kayak gini!!". 

Saat ini aku jadi menyalahkan perasaanku kepada Justin. Tok, tok, tok.. suara ketukan pintu berbunyi 

"Jessy, mama mau masuk, boleh gak?" tanya mama. 

Buru-buru aku sapu air mataku dengan bantal 

"iya ma, masuk aja". Seperti cenayang, mama tiba-tiba bilang 

"sayang kamu abis nangis? Pasti karena cowok ya?". 

"apa sih ma. Sok tau deh" kataku sambil cemberut. 

"udah gak usah bohong sama mamamu yang udah mengandung kamu 9 bulan lebih 5 hari ini!". 

"iya deh iya ma, gara-gara cowok" jawab aku sambil nyengir.

Akhirnya aku ceritakan semuanya tentang perasaanku kepada Justin ke mama. 

"ya ampun sayang, kamu gak usah nyalahin perasaan kamu sendiri. Cinta itu bukan sesuatu yang bisa disalahkan karena cinta itu juga datang secara tiba-tiba dan kepada orang yang gak kita prediksi sebelumnya, ya kayak perasaan kamu buat Justin itu". 

Aku menyimak dengan baik penjelasan mama sampai-sampai aku meneteskan air mata lagi. 

"sayang, Tuhan itu maha adil. Tuhan pasti tahu mana yang mencintai dengan tulus, dan mana yang tidak. Cinta itu bukan seberapa banyak kata yang kita ucapkan kepada orang yang kita cintai atau seberapa sering kita ada di dekat orang yang kita cintai, tapi cinta itu seberapa banyak ia peduli dengan doa". Jelas mama. 

"kok dengan doa ma? Bukannya kita bisa mengetahui seberapa cinta orang itu dari seberapa banyak hal ia lakuin buat orang yang dia cintai?" tanya aku dengan serius menatap mama. 

"itu juga ada benarnya. Tapi tetap saja doa itu yang nomer satu. Kamu tau sendiri kan siapa yang menumbuhkan rasa cinta di hati kamu? Siapa yang menandai nama Justin di hati kamu? Siapa yang bisa membolak-balikan perasaan cinta kamu dan cinta semua orang di muka bumi?" mama nanya balik. 

"iya aku tau ma, semua jawabannya adalah Tuhan" sambil tersenyum aku peluk mama dengan erat. 

"jadi jangan takut sayang kalo kamu emang menyukai Justin. Walau sekarang dia tidak menanggapi, suatu saat dia pasti mengerti tentang perasaanmu yang sekarang ini. Sesuatu yang tulus, pasti akan dibalas dengan sesuatu yang tulus juga nantinya". 

Mama mengelus rambutku dan mencium keningku. 

"sayang udah malem. Selamat tidur". 

"selamat tidur juga ma". 

Aku pun terlelap dengan ditemani perkataan mama tadi yang menenangkan hati.

*****

Next Part 14

*wejangan dari mama Jessy, berasa wejangan buat diri aku sendiri *eh..

*terima kasih untuk pembaca setia novel Losing You is Sucks! btw gimana sama cover barunya, suka gak? maaf  aku sendiri yg ngedesign jadi amatiran gitu.

*kalo menurut kalian ceritanya ada kurang atau gak menarik, bisa langsung komen ya. kalo suka, tinggal vote. okay okay^^

*sekali lagi terima kasih..

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang