Part 19 : Hallo Japanese Culture?

251 10 0
                                    

Entah kenapa semakin hari, aku semakin yakin bahwa Justin punya perasaan yang sama denganku. Saat aku memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya di kampus. Ternyata ia tak ada selama satu hari itu, katanya sih dia sedang disibukkan mengurus acara organisasinya. Maklum aja sekarang ia menjabat sebagai ketua. Aku sedikit kesepian karena seharian tak bertemu dengan dia. Dia juga tidak memberi kabar apapun kepadaku. Tapi harus aku akui selama masa jabatannya sebagai ketua, aku tidak akan bisa terus bersamanya setiap hari seperti hari-hari sebelumnya.

"Woy Jess, kita pergi makan yuk!" ajak Gisca yang juga mengagetkanku. 

"Hah apa? Kemana?" tanyaku sedikit bingung. 

"Ke Café Butler deket kampus yuk!" timpa Vero. 

"Eh ada kah?" 

"Iya, baru buka. Kita harus kesana sebagai wapanese *Want to be Japanese!" timpa Vero lagi. 

"Terus gue gimana? Gue kan gak terlalu tau tentang jejepangan." Milda cemberut dan melintir-lintirkan tisu nya. 

"Tenang aja Mil, pelayannya ganteng-ganteng semua," ucap Gisca sambil menyenggol tangan Milda. 

"Yaudah yuk, berangkat sekarang!" Tiba-tiba Milda menjadi semangat 48. 

"Giliran denger cowok ganteng aja langsung semangat haha," aku tertawa terbahak-bahak.


Jaraknya hanya sekitar beberapa ratus meter dari kampus, jadi kita memutuskan untuk berjalan menuju cafe tersebut. Saat kita sampai di depan cafe itu, kita sedikit terkejut dengan design eksterior dan interior nya. Wapanese seperti kita pasti sangat senang dengan keberadaan café ini. Di dalamnya banyak manga yang tertata rapi di rak-rak. 

Ada juga pohon sakura palsu tertanam di sudut-sudut café. Terbentang juga poster-poster anime dan band-band jepang pada dinding café. Yang paling membuat hatiku senang adalah mendengar suara anisong *anime song menggema seisi café tersebut. Daritempatnya memang ala café banget, tapi dari segi menu nya percampuran dari cafédan bar. 

Disini bukan hanya ada minuman atau makanan yang tersedia di café-cafépada umumnya, tapi banyak juga makanan-minuman ala jepang yang seperti ada di bar. Namun orang-orang lebih mengenal tempat tersebut dengan nama cafe. Saat berjalan menuju pintu café, disana sudah ada seorang penerima tamu 

"Irrashaimase!" Ia melakukan ojigi *budaya jepang ketika menerima tamu. 

Para butler disana memakai seragam yang menambah kesan macho mereka. 

"Ya ampun girls, rasanya pengen pingsan iniiii!" Aku meremas bajuku sendiri. 

"Konnichiwa, minna-san. Kalian mau duduk dimana?" seorang butler bertanya pada kita. 

"Dimana aja boleh deh, asal dilayaninnya sama kamu ya," ucap Milda dengan genitnya. 

"Mil, sadar Mil!" Gisca mencubit tangannya. 

"Aw sakit Gisca!" Milda masih terus menatap butler tersebut. 

"Gini deh, kita mau duduk di deket rak manga sebelah sana boleh?" tanya Vero. 

"Boleh kok. Silakan.. dan ini menu nya. Kalau ada apa-apa panggil saya aja ya," ucap butler tersebut dengan tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih bersih. 

"Dengan senang hatiiiii.." Bukannya Vero, malah Milda yang menjawab. 


Aku masih terus senyum-senyum tak jelas, Milda juga ikut senyum-senyum, tapi senyum yang kita buat itu beda konteks. Aku memesan yakisoba special dan iced ocha. Vero memesan ramen kare dan milkshake vanilla. Milda memesan ebi furay dan air mineral beserta tanda tangan butler yang tadi. Sedangkan Gisca memesan sushi special dan iced matcha

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang