Part 7 : Pembolak-balik hati

325 14 2
                                    

Dengan memakan waktu yang lama, akhirnya dia menjawab. Yang membuatku kesal adalah sekarang giliran dia yang menjawab dengan santainya, "Ya gak apa-apa sih. Gue kira lo gak seneng temenan sama gue. Gue ngerasa seminggu ini lo kayak menghindar dari gue gitu". 

"whaaat?? Jadi cuma itu. Cuma mau nanyain itu sampe-sampe dia ngajakin gue kesini??" teriakku dalam hati. 

Dibilang kesal, pasti kesal banget. Aku jadi ingin mengepalkan tangan ini lalu ku arahkan ke mukanya. Sudah dua kali aku ditipu, seakan-akan aku yang mengharapkan lebih. Jelas saja dia memang tidak peka. Mungkin dia bisa dimasukkan sebagai 7 mahluk paling tidak peka di suatu acara televise.

"yaudah Jess, absisin dulu minuman lo. Abis itu kita pulang. Pokoknya gue yang anter lo pulang" Lagi-lagi dia maksa untuk menghantarkanku pulang. 

"iyaaa! Ini udah mau abis! Please jangan maksa, gue bisa pulang sendiri. Masih banyak bis yang mau nungguin gue!!" dengan nada luar biasa kesal. 

"loh Jess, kenapa lo jadi marah-marah gini?" tanya Justin dengan heran dan dengan alis mata yang naik satu. 

"gak kenapa-kenapa! Thanks udah ditraktir. Gue mau pulang sekarang. Bye!" dengan langkah terburu-buru, aku tidak memperhatikan kaki kiriku yang telah tersandung kursi. 

Aku mendengar Justin tertawa "ih ngapain lo ketawa! Jahat lo!" kali ini aku benar-benar memperhatikan langkah kakiku. Dengan cepat ku ayunkan kakiku dan keluar dari sana.

Sepanjang perjalanan yang aku lakukan hanya menggerutu. "keseeeeeel!!! Dasar gak pekaaaaaa" teriakku sambil geregetan di dalam bis. Pelajar cowo yang duduk disampingku sampai keheranan melihat tingkahku yang menyeramkan.


Justin menelponku 3 kali, tapi tidak aku angkat. Sesampainya di rumah, dia menelponku kembali, tapi kali ini aku mengangkatnya. "ada apa?" aku menjawab dengan nada datar. 

"lo kenapa sih Jess? Lo marah sama gue? kasih tau gue kalo gue punya salah. Gue gak mau lo marah terus sama gue. Gue gak mau kalo kita jadi jauh".

Pernyataan Justin sontak menancap dihatiku. Sebenarnya aku juga tak mau kalau harus jauh dari dia. Aku terlanjur.. sayang. 

"sorry ya Justin, lo gak punya salah apa-apa dan bukan maksud gue kayak gitu. Gue emang lagi moody hari ini. Yah lo tau kan kalo gue orangnya moody-an?!" 

"iya gue tau Jess, gue cuma takut kalo gue punya salah sama lo tapi lo gak berani ngasih tau kesalahan gue". 

"gak kok, gak.. mending kita lupain aja ya. Gue emang childish banget ya". 

"gak kok. Malah kejadian kayak gini membuat lo tambah lucu. Andai lo boneka, pasti udah gue peluk deh dari tadi" Kekehan Justin seirama dengan hatiku yang meleleh. Yup, dia memang pintar banget kalau untuk menciptakan suasana yang bisa membuatku tak berkutik.


Dia mengakhiri telponnya dengan berkata "3 hari lagi gue kabarin ya. Lo gak akan sendirian kok".

Belum sempat membalas, dia sudah menutup telponnya. Apa maksudnya 3 hari lagi? Apakah dia akan ikut liburan bareng?. Aku memperhatikan rumahku yang sepi bagai rumah hantu, dan ternyata aku baru ingat kalau orang tuaku sedang mengunjungi rumah nenek di Bandung. Selama 2 hari 2 malam aku akan ditemani oleh bayanganku sendiri. Entah mengapa setelah memasuki kamar, aku merasakan atmosfer ketegangan. Muncul dibenakku kalau aku harus mengatakan yang sesungguhnya kepada Justin.


Lagi-lagi aku mengurungkan niat itu. Gengsi adalah faktor utamanya, dan faktor keduanya adalah aku takut kalau Justin jadi menjauhiku karena dia tau aku menyukainya. Aku mengambil sebuah kotak berwarna biru tua yang berada di atas lemari, lalu ku keluarkan barang-barang yang berkenaan dengan Justin. Dari kertas yang ada coretan tangannya, pulpen yang pernah dia pakai, surat-surat iseng dia saat di kelas, tiket bioskop saat kita nonton bareng, tutup botol dari minuman yang pernah dia minum, dan remukkan botol plastik yang pernah dia remukkan dengan menggunakan tangannya yang kuat. Sedikit freak, tapi aku menghargai setiap momen dengannya adalah sebuah momen yang sangat berharga.


Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karena telah mempertemukan aku dengannya. Kalau saja aku tidak berkuliah disana, kalau saja aku tidak mengambil jurusan ini, aku pasti tidak akan pernah bertemu dengannya. Dan aku percaya semua kejadian yang terjadi dihidupku itu bukan sebuah kebetulan. Tadinya aku percaya kebetulan yang indah atau yang sering aku sebut serendipity itu ada. Kini aku lebih percaya bahwa serendipity itu adalah sebuah kejadian yang telah dirancangkan Tuhan sebelumnya dan itu bukan sebuah kebetulan. 

Tuhan tau mana yang terbaik dan mana yang tidak untuk masuk ke dalam hidupku. Selama hidup ini walaupun belum separuhnya, aku telah bertemu dengan banyak orang. Tuhan telah memberi daftar ada orang yang masuk ke dalam hidup kita dan menetap, dan ada juga yang hanya numpang lewat. Hanya saja aku masih meragukan keberadaan Justin. Aku takut dia hanya numpang lewat, tidak menetap.


2 hari telah dilewati dengan hari yang datar. Kerjaanku hanya tidur, ibadah, mandi, makan, dan tidur lagi. Memang tidak pernah ada takutnya, walau aku sendirian dirumah, aku tetap menonton film horor. Tepat tengah malam aku sudah bertengger di kursi malas kesayanganku dan menonton dengan fokusnya. Untuk menambah sensasi, kadang-kadang aku mematikan lampunya. Tapi kalau ada mama, pasti aku sudah dimarahi karena itu tak baik untuk mata.


Hari ketiga orang tuaku pulang dengan membawa durian-durian ditangan mereka. 

"yes my favourite!!" teriakku. 

Setelah mereka mengistirahatkan diri, aku langsung meminta izin untuk pergi ke Dufan, "ma, pa, aku mau jalan-jalan sama temen-temen kuliah ke Dufan. Izinin aku yaaa" dengan mata berkaca-kaca dan memohon seperti anak kucing. 

"iya boleh, lagian kasian kamu 2 hari disuruh jaga rumah sendirian" papa menjawab. 

"tapi jangan lupa bawa minyak angin ya, kan kadang-kadang kamu suka mabuk kalo naik halilintar yang ada di Dufan itu" mama melanjutkan. 

"ih apaan sih ma.. itu kan dulu pas Jessy masih kecil. Sekarang udah gak lagi, mama.." jawab aku dengan kesal dan sedikit tertawa. 

Belum lama merasakan senang karena diizinkan untuk pergi, tiba-tiba hal mengejutkan terjadi.. Keesokkan harinya Justin memberi kabar bahwa dia tidak bisa ikut jalan-jalan bareng ke Dufan.


Next Part :) 


*Terima kasih masih membaca lanjutan ceritaku. Maaf baru update karena sekitar seminggu kemarin aku sedang ada UTS (middle test).

*aku harap kalian suka cerita buatanku. Kalau ada kritik atau saran. mohon komen aja ya. :)

*Nantikan cerita selanjutnya ya.. arigatou, matta ne^^


Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang