Part 24 : Setelah sekian lama (1)

208 8 0
                                    

Selama diperjalanan aku hanya terdiam. Aku memandang ke arah spion mobil Gisca dan melihat mobil Justin yang tepat ada di belakang mobil Gisca. Aku sampai sekarang masih tak percaya kalau Justin akan ke rumahku lagi. Rasanya sudah lama sekali aku tak merasakan perasaan bahagia ini. Namun kini aku harus tau batas-batasku, aku tak boleh merasa bahagia melebihi ini. Dua jam pun berlalu, kita sampai di depan rumahku.

"Kita sampai.." kataku lalu membuka pintu depan.

Milda turun terlebih dahulu, lalu menuntunku masuk. Pintu gerbang pun di buka oleh satpam rumahku. Mobil Justin dan mobil Gisca beradu masuk ke dalam halaman depan rumahku.

"Guys, kalian masuk ke kamar gue duluan aja ya. Gue mau ke dapur dulu," ucapku sambil menaruh membuka sepatu.

"Nyokap lo dimana Jess?" tanya Justin.

"Mmm di dapur kayaknya."

"Okay gue ke dapur juga."

"Eh, kita-kita juga mau salaman dulu kali sama nyokapnya Jessy, emangnya lo doang! weee" Milda menjulurkan lidahnya. Justin pun merespon dengan menjulurkan lidah juga.

Akhirnya mereka pun mengikuti ke arah dapur yang berada di ujung sebelah kiri dari pintu utama. Beda dengan suasana ruang tamu dan ruang keluarga yang di dominasi dengan warna pastel, ruang dapur hanya di padukan warna-warna metallic persis dengan keinginan Mama. Memasuki area dapur, aku melihat Mama sedang memotong buah strawberry menjadi potongan dice.

"I'm home.. Mah ada temen-temen aku main nih," ucapku sambil memeluk Mamah dari belakang.

"Aduh kamu ngagetin Mamah aja. Eh.. kalian Gisca, Vero, Milda, Justin!" lalu mereka bersalaman.

"Kok kalian jarang main sih?" tanya mamah.

"Iya tante, abisnya kita lagi sering dapet banyak tugas," jawab Vero.

"Oya tante kita duluan ke kamar Jessy ya." Gisca mengatupkan kedua telapak tangannya. Mamah pun mengangguk.

Ketika Justin ikut pergi bersama mereka, tiba-tiba Mamah memberhentikannya seperti polisi yang sedang memberhentikan pengendara motor yang tak pakai helm.

"Justin? Kamu mau kemana?"

"Eh iya tante, ada apa?" tanya Justin sambil terkekeh kecil.

"Kamu kok jadi jarang banget main kesini? Udah lupa ya sama tante? Atau jangan-jangan kamu udah punya pacar baru jadi jarang main kesini ya?" Mamah menaruh kedua tangannya dipinggang bak seorang model.

"MATI GUE!" batinku berteriak.

"Ih apaan sih Mah! Kenapa nanya kayak gitu ke Justin?" aku sedikit menggerutu kepada Mamah tapi mataku jatuh kepada Justin.

Aku tau dia bingung harus menjawab apa. Suasana ini benar-benar canggung. Entah kenapa tebakan Mamah jitu, dan Justin dibuat tak berkutik oleh Mamah. Yang Justin lakukan sekarang adalah terkekeh palsu.

"Gak kok tante, emang lagi banyak tugas aja, trus Jessy sama aku juga lagi gak punya banyak waktu luang buat main bareng," jawab Justin yang setengah dari jawabannya adalah kebohongan belaka.

"Oh gitu.. yaudah kalian ini jangan sibuk-sibuk ah. Terutama untuk kamu Justin, Kamu kan ikut organisasi juga, perhatikan kesehatan kamu."

"Siap tante!" Justin memberi tanda hormat kepada Mamah.

Dilihat dari obrolan dan gesture mereka berdua, Justin secara resmi telah berhasil mengambil hati Mamah. Padahal aku tau betul Mamah itu tak gampang untuk menerima teman cowok yang aku kenalkan kepada Mamah. Unutk menghindari pemandangan yang semakin lama semakin akrab, bahkan semakin membuatku tak bisa menerima kenyataan bahwa sekarang Justin telah dimiliki oleh orang lain, aku langsung mendorong Justin ke kamarku.

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang