Part 21 : Kenyataan yang pahit

240 8 0
                                    

Seperti yang telah aku ketahui sebelumnya. Ada satu mahasiswi, mungkin lumayan menarik, dia juga mempunyai otak yang cerdas dan kepercayaan diri yang lebih. Dia bernaung dalam satu organisasi yang sama dengan Justin. Dia juga dikenal para dosen karena kepintarannya. Dia adalah Tina. Sekarang aku mengetahui secara jelas bagaimana sosok cewek yang bikin aku penasaran itu. Kalau bukan karena smartphone Justin yang ketinggalan di kelas, pasti aku tak akan pernah mengetahui sosok cewek itu seperti apa. Karena Justin terburu-buru pergi, dia sampai meninggalkan smartphone nya di kelas. Untung saja disitu ada aku, kalau tak ada orang sama sekali, mungkin smartphone nya akan raib. 

Setelah itu aku mengantarkan smartphone nya ke ruang organisasi yang terletak di lantai 4. Aku jarang sekali masuk ke ruangan ini, disini banyak mahasiswa-mahasiswi kumpulan dari berbagai jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Budaya. Aku mencari keberadaan Justin dengan melihat satu-persatu muka cowok-cowok yang ada disini. Tiba-tiba ada salah satu cowok yang melihatku heran karena aku hanya melirik kesana-kemari di depan pintu ruang organisasi. Ia pun menghampiriku. 

"Maaf, lo cari siapa ya?" tanya cowok itu dengan suara bass nya. 

"Mmm gue, gue mau cari Justin. Apa Justin ada disini?" tanyaku dengan gugup. 

"Oh Pak Ketua? Ada di dalem tuh sama Tina. Ayok masuk aja ke dalem." 

Aku sedikit cemas ketika cowok itu menyuruhku untuk masuk ke dalam. 

"Oya btw siapa itu Tina? Dan apa hubungan dia sama Jsutin?" tanyaku dengan luar biasa kepo. 

"Tina itu anggota kita juga. Kalo soal hubungan gue gak tau, tapi anak-anak bilang merekaemang lagi deket." 

Mendengar jawaban itu, seketika itu pula aku langsung down. Beberapa menit berselang, muncul lah kedua orang yang sedang dibicarakan. 

"Eh Jessy? Ada apa lo kesini?" tanya Justin yang datang bersama cewek yang bernama Tina. 

"Nah kebetulan, Justin. Dia nyariin lo!" jawab cowok itu. 

"Ini gue cuma mau ngasih smartphone lo yang ketinggalan di kelas tadi." Aku memberikan smartphonenya. 

"Yaudah ya gue mau balik kelas. Aku melambaikan tangan pada mereka. 

"Tunggu dulu!" Justin meraih tanganku. 

Yang aku ketahui hanyalah mata cewe itu memandangku tajam. 

"Ada apa?" 

"Thanks ya!" 

Aku hanya bisa menggangguk dan menuruni tangga dengan secepat kilat. Sengaja aku memilih tangga daripada lift, karena aku ingin aku merasa capek, maksudnya capek badan. Capek hati itu lebih sakit, apalagi disaat kamu mengetahui orang yang kamu suka sedang dekat dengan orang lain, sementara kamu tak bisa melakukan apa-apa. Sebenarnya Justin sama Tina tak begitu dekat, tapi semenjak akhir-akhir ini mereka menjadi sangat akrab. Biasanya Justin selalu makan siang bersamaku, sekarang dia hanya makan siang bersama Tina, sambil menyelesaikan sebuah project yang mereka buat. 


1 semester pun berlalu dengan cepatnya dan semuanya berjalan datar, aku dan dia hanya sekedar tegur sapa atau menanyakan mata kuliah. Dia sudah tak pernah mengirim sms atau chat duluan, apalagi telpon. Kini kita hanya sekedar stranger, ironinya kita dulu dekat dan kita masih satu kelas. Teman-teman sekelas pun menyadari adanya kerenggangan antara aku dan Justin. Mereka menyarankan kepadaku untuk memulai obrolan duluan, tapi bagaimana itu bisa terjadi? Setiap jam mata kuliah selesai, dia dan Tina langsung bergegas pergi. Melihat mereka pergi bersama, seperti tak ada tenaga untuk mengeluarkan suara "jangan pergi Justin!". Aku jadi banyak melamun, momen-momen bersama Justin ternyata berharga sekali.

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang