Part 31 : Kembali di sini

202 6 4
                                    

Langit yang tadinya cerah dengan silauan dari cahaya matahari, tiba-tiba saja berubah menjadi sedikit gelap karena tertutupi awan yang berwarna hitam. Awan itu seakan-akan menghadang matahari untuk menyempurnakan tugasnya yaitu menerangi bumi dan memberi kehangatan disetiap cahayanya. Awalnya hanya beberapa segumpal awan hitam, namun ia seperti telah memanggil pasukannya dengan menghadang awan-awan lain yang memiliki warna putih. 

Mungkin dalam beberapa jam lagi yang pasti hari ini akan turun hujan. Entah itu hanya gerimis atau hujan lebat. Rasanya aku menyesal tidak membawa payung. Padahal mamah sudah memberitahukan kepadaku untuk membawa payung. Lucunya mamahku mungkin seperti mamah-mamah yang lain yaitu mampu meramal prakiraan cuaca. Pembawa acara prakiraan cuaca mungkin tidak ada apa-apanya.


Bisa kembali ke kampus merupakan sesuatu yang menyenangkan. Aku bisa kembali mengikuti mata kuliah yang telah banyak terlewati, aku juga bisa berkumpul bersama sahabat-sahabatku di sini. Aku tidak berharap bertemu dengan Justin hari ini, karena aku lebih dulu bertemu dengan pacarnya tadi pagi. Ketika aku ingin menaiki tangga, disaat itu juga aku melihat Tina sedang menuruni tangga berlawanan arah denganku. Padahal aku sudah berharap untuk tidak mendengar suaranya, tapi dia tiba-tiba memanggil namaku. 

"Jessy? Gimana dengan keadaaan kamu sekarang?" tanyanya yang aku tau hanyalah sebuah basa-basi yang cukup basi. 

"Baik," ucapku singkat ditambah dengan senyum kecil. 

Aku menambah kecepatanku untuk menaiki tangga ini agar terhindar darinya. Namun tanganku digapai oleh Tina yang memaksaku untuk berhenti. 

"Jessy, bisa gak sih kamu gak menghindari aku?" tanyanya dengan rasa tak bersalah. 

Haruskah gue jawab pertanyaannya ini? Atau gue harus pergi secepat mungkin? Tapi kalau gue pergi, berarti gue pengecut. 

Tiba-tiba terjadi konflik batin di dalam diriku. 

Aku sama sekali tidak mau melihatnya, tapi dengan terpaksa aku tinggal disitu dan mendengar apa yang akan ia bicarakan. 

"Jessy, selama kamu di rumah sakit. Justin terus mikirin kamu. Walaupun dia lagi sama aku, tapi tetap aja yang dia pikirin itu kamu. Sampai-sampai dia gak mau makan hanya karena kamu ngusir dia dari rumah sakit waktu itu. Aku gak suka ngeliat dia kayak gitu." 

Penjelasan panjangnya sungguh membuatku mual. 

Aku jadi heran mengapa dia baru menyadari bahwa ada sesuatu di dalam diri Justin yang sebenarnya bukan untuk dia. Namun mengapa Tina masih saja mempertahankan egonya hanya karena ia sangat mencintai Justin dan dia tidak mau melepaskan Justin. Disaat ini juga aku berharap tangga ini dipenuhi oleh orang-orang yang berhalu-lalang agar aku bisa lepas dari pandangan Tina dan segera enyah dari tempat itu juga, tapi kenyataan berlawanan dengan apa yang aku pikirkan. 

Kenyataannya tangga ini masih sepi, bahkan koridor lantai ini pun masih sepi. Sesekali aku melihat jam yang ada di pergelangan tangan kiriku. Bukannya menjawab penjelasan yang tadi Tina katakan, aku malah mengayunkan tanganku berusaha untuk mengenyahkan tangan Tina yang masih terus memegang lengan kanan. 

"Udahlah Tina, gue cape denger penjelasan lo yang cuma muter-muter disitu aja," ucapku dengan nada datar. 

Seketika itu pula aku menaiki tangga dengan cepat.


Memasuki kelas dengan nafas sedikit terengah-engah karena tadi aku berlari dari tangga sampai depan ruang kelas. Aku langsung merogoh isi tasku untuk mencari keberadaan botol air minum. Aku cari dari ujung ke ujung tapi aku tak menemukannya. Tidak menyerah sampai situ, aku keluarkan semua isi tasku di meja, dan.. aku tidak melihat keberadaan botol air minumku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang