Part 2 : Seperti mimpi

565 18 7
                                    

Sepersekian detik aku mencoba menenangkan batinku sendiri. Tapi tetap saja rasanya langsung ingin pulang karena menanggung malu ini. 

"haha iya nih kayaknya. Tapi aku bilang Gisca, Milda sama Vero dulu ya." Sambil melambaikan tangan ke arah Justin. 

Gisca panik karena dia melihatku berlari ke arah dia. "Gis, Mil, Ve, aku sama Justin mau ke Food Court nih. Kalian mau ikut gak?" tanyaku dengan ekspresi muka penuh dengan kembang api. 

Milda mencubit tangan Vero dan tangan Gisca yang tak aku sadari. "mmm gimana ya Jess, kita masih pengen disini.. Ada buku yang mesti dicari" jawab Gisca. 

"buku apa?" tanyaku dengan curiga. 

"novel Jess.. Vero lagi nyari novel yang dia pengen tapi lupa judulnya, Cuma inget synopsisnya aja." Timpal Milda. 

"eh iya novel yang aku pengen." Ujar Vero sambil mengangguk dengan panik. 

"oh gitu.. perlu dibantu gak? Gue bisa bilang Justin suruh makan sendiri aja ke Food Court nya." Sambil membetulkan poni. 

Mereka serentak bilang "eh jangaaan!! Lo pergi aja, nanti kalo udah selesai kita nyusul deh." Dengan senyum tertekuk kulambaikan tangan ke arah mereka dan langsung pergi dengan Justin ke Food Court.


Waktu terasa berjalan lama sekali, sambil melihat jam tangan yang terus kupandangi. Justin sedang memesan 2 paket ayam goreng tepung yang sangat terkenal. Ya tuhan.. inilah yang paling aku harapkan. Bisa berdua dengan dia, mengobrol berdua, dan makan berdua. "seperti orang ngedate?" ah perkataan itu tiba-tiba muncul dipikiran, dengan cepat ku hapus dengan tiupan angin yang ku tiup. "Apakah aku serakah?" gumamku dalam batin. Dari kejauhan terlihat Justin membawa nampan beserta makanan yang kita pesan. Pandanganku pun tertuju pada matanya yang kecil, dan pandangan dia yang tajam. 

Dia duduk didepanku dan berkata "Jess, jangan terpaku akan ketampanan gue deh. nih minuman lo yang rasa strawberry ya.". 

"yeee.. percaya diri lo tingkat tinggi banget deh. Gue ngeliat ayam goreng tepungnya kali!". Gerutuku sambil mencubit lengannya yang sedikit berotot. Seketika ku merasakan setruman kecil yang mencubit lengannya. Semoga saja ekspresi mukaku saat ini tidak seperti orang idiot.


Kita makan ayam goreng tepung tersebut dengan santainya. Tak ada satu patah kata pun terucap saat kita makan. Sejujurnya aku sangat gugup, belum pernah ku mengalami hal seperti ini. Diam-diam kuperhatikan cara dia makan. Tiba-tiba teringat statement orang-orang mengenai dia yang selalu jaga image, seperti yang kulihat dia sama sekali tidak menjaga image-nya. Dia makan dengan lahapnya, tak peduli dengan siapa dia makan. Mungkin benar istilah 'tak kenal maka tak sayang'. Dia pun menangkap basah aku yang sedang memperhatikannya dengan lekat. 

"hey kenapa lo Jess? Kerasukkan? Hahaha" terkekeh dia sambil mengacak poniku dengan tangan kirinya. 

"ah nyebelin lo..!! tuh kan mulai kepedean lagi." Sambil membetulkan poniku yang berantakan. Tak lama pandangan Justin pun tertuju padaku, walau hanya sekilas, tapi aku bisa merasakannya. 

Setelah makan kita ngobrol soal topik kelembagaan yang dia ikuti, tentang teman-teman mahasiswa dan mata kuliah. Entah mengapa kita tidak bisa membahas tentang persoalan pribadi kita masing-masing. 


Dia memang pribadi yang tegas. Aku teringat kembali saat kita berada semester 1 dulu dan salah satu mata kuliah sedang mengadakan drama. Aku berperan hanya sebagai kurcaci 1, dan dia berperan sebagai pangeran. Saat kita latihan drama, dia menggantikan kurcaci 2, karna yang memainkan peran kurcaci 2 itu sedang tak masuk. Giliranku yang mengucapkan dialog, dia pun berseru "Yang keras dong ngomongnya!!" bentakan itu masih terasa hingga kini. Ya tuhan.. pada saat itu juga aku langsung tidak menyukai dia. Aku bagaikan melihat sosok cowok yang sombong dan sok cari muka dengan semua orang. 

Tak dipungkiri dia memang cerdas, tapi dengan dia yang tahu segalanya itu muncul sifat sombong. Entah mengapa dengan berjalannya waktu rasa benci itu seakan pudar. Apalagi setelah obrolan panjang kita dengan Vero dan Yoga di semester 2 itu memunculkan tanda tanya dalam hatiku.


Dari dulu aku memang menyukai hal-hal yang berbau horror, mystery dan freak. Saat obrolan itu berlangsung kita pun sama-sama sadar bahwa aku dan dia mempunyai ketertarikan yang sama. Obrolan kita pun sedemikian menyatu dan mengalir seperti air dari hulu pegunungan sampai berakhir di sungai. Flashback itu muncul seketika, dan tepukkan tangan Justin menyadarkanku.

"Jess.. temen-temen lo mana? Katanya mau nyusul, tapi kok gak dateng-dateng?" Tanya Justin. 

"gak tau nih, coba gue sms dulu". 

Belum sempat ku tekan send, new message pun muncul di layar handphonek-ku. "Jess, sorry ya kita kayaknya masih lama. Udah gitu kita langsung pulang nih. Yang happy ya sama your beloved Justin!!". 

"what?! Kalian tega! Sudah kuduga kalian sengaja biarin aku berduaan sama Justin!!" gumamku dalam batin. 

"kenapa Jess? Muka lo panik gitu?" justin langsung menoleh ke arah handphone-ku, "oh.. I see. Yaudahlah lo balik sama gue, gue kan bawa motor. Gak usah panik gitu deh!" seru Justin sambil menyeruput minumannya. 

Seakan waktu berhenti berputar, langsung terbayang aku dibonceng oleh Justin. Kepala ini seraya ingin meledak, ekspresi mukaku pasti lebih idiot dari sebelumnya.


Next chapter

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang