Part 26 : Welcome back, Andra

188 9 0
                                    

Semenjak dia mau bermain lagi ke rumahku, dan menceritakan semua unek-uneknya, ia mencoba untuk terbuka lagi kepada kita. Namun disamping itu hatiku juga sakit mengetahui rencana-rencana yang akan Justin dan Tina lakukan seperti pergi ke mall bersama, mengumpulkan dana amal bersama, mengurus event bersama, bahkan rencana Tina untuk ikut main bareng bersama kita. Semakin mereka dekat, semakin jauh aku darinya. Aku hanya bisa tersenyum saat melihat mereka bersama dengan mesranya, meski aku tau senyuman itu tak sepenuhnya indah.

Kebetulan hari ini Vero dan Milda tak bisa masuk kuliah karena ada urusan keluarga masing-masing, sedangkan Gisca tak sempat masuk karena dia terjebak macet panjang, dan dia pun telat. Aku membelakangi dinding kelas, melihat ke arah ruangan kosong ini dengan kursi-kursi terpajang rapih tanpa ada orang yang menduduki. Aku lihat jam tanganku yang bertengger di tangan kiriku. 

Jarum pendek mengarah ke angka 7 menandakan aku datang terlalu pagi, lagi. Suasana kuliah tak lagi terasa menyenangkan, karena dua semester lagi aku akan mengambil skripsi. Tapi belum sempat semester 7 aja kisah kita sudah seperti ini. Aku membuang nafas hanya dengan memikirkan seperti itu. Aku berjalan tertatih ke arah jendela. Ruangan kelas yang aku tempati sekarang berada di lantai 5, cukup sakit bahkan bisa meninggal kalau aku jatuh dari jendela ini. 

Sekali lagi aku membuang nafas. Saat mataku menjelajahi gedung-gedung fakultas yang menjulang tinggi dihadapanku, mataku berhenti menjelajah ketika menangkap sepasang perempuan dan laki-laki yang aku kenal. Justin menggandeng tangan kiri Tina. Disaat itu juga Tina menyenderkan kepalanya di bahu Justin. Sungguh pemandangan yang menyangkitkan sekaligus memuakkan. Tapi aku lebih memilih menahan air mataku daripada harus marah-marah. Keberadaan mereka pun hilang, dan aku yakin mereka sudah memasuki gedung fakultas ini. 


Inikah jawabannya soal Justin selalu telat masuk kelas karena harus bersama Tina? Aku pikir memang Tina lah yang bisa membuat Justin menjadi pribadi yang berbeda dari yang dulu pernah aku kenal. Namun pikiranku ini belum cukup kuat untuk jadi bukti kalau Tina bukanlah orang yang baik untuk Justin. Aku langsung membelakangi jendela dan terduduk di lantai. 

"Ya tuhan.. aku harus gimana?"

 Aku benamkan kepalaku di lutut. Satu atau dua tetes air mata menyelinap keluar, lalu turun hingga dagu. 

"Jessy?" suara bass seorang cowok mengagetkanku, yang aku tau itu bukan suara Justin. 

Saat aku toleh asal suara itu ternyata suaranya Andra. 

"Eh Andra?" Aku buru-buru berdiri dan menghapus air mataku dengan punggung tanganku. 

Ia berjalan perlahan ke arahku dengan mata masih menatap tajam. Saat sampai dihadapanku, ia menggunakan ibu jari kanannya untuk menghapus air mataku yang masih tersisa. Disaat itu juga aku hanya terpaku melihat ia melakukan semua itu. 

"Eh ya ampun dra.. long time no see. Gimana kabar lo sekarang? Oya gimana sama student exchange lo ke Singapore?" dengan cepat aku mengalihkan situasi ini. 

"Puji Tuhan berjalan baik dan seperti yang lo liat gue sehat-sehat aja. Udah selesai kok, kan cuma satu semester disana." Dia menjawab sambil tersenyum. 

Sebenarnya Andra terpilih untuk mengikuti student exchange ke Singapore yang diadakan oleh Ketua himpunan mahasiswa yang ada di kotaku, maka dari itu selama semester 4 ia jalani disana. Kini yang aku lihat dari dia banyak sekali perubahannya. Mungkin efek berbaur dengan mahasiswa-mahasiswi asing disana. Ia bertambah tampan dan penampilannya pun menjadi tambah rapih dan keren. 


Aku mencoba memalingkan pandanganku darinya karena kita hanya berdiri berhadapan dengan jarak beberapa centimeter aja. Aku cuma tak mau ia bertanya kenapa aku menangis sampai terduduk di lantai tadi. Tapi.. sekarang ia masih melihatku tanpa berkata apa-apa lagi sampai ada seseorang yang masuk. 

Krek.. suara pintu terbuka. 

"Woi dra?" ternyata itu Justin. 

Aku heran kenapa ia baru masuk kelas, sedangkan tadi aku melihatnya aja sudah setengah jam yang lalu. 

"Woi bro.." Mereka pun melakukan hi five

"Udah balik lo bro? gimana disana? Pasti banyak cewek-cewek cantik ya?" Pertanyaan Justin sungguh membuatku mendengus. 

"Iya gue udah balik, kan cuma dibatasin satu semester. Disana banyak sih mahasiswa dari Indonesia juga. Ya banyak lah.. untung aja bukan lo yang dipilih, kalau lo yang dipilih pasti lo bakal khilaf disana hahaha" Andra tertawa terbahak-bahak. 

Mendengar percakapan dua cowok yang sama-sama genit membuatku geleng-geleng kepala. 

"Eh Jess?" tiba-tiba Justin menyapaku. 

Ia pun menatapku dengan tatapan yang tak ingin aku lihat. 

"Eh hi Justin." Jawabku singkat dengan tidak menatapnya balik.

"Jess, lo mau duduk dimana?" tanya Justin sambil medekatiku. 

Belum sempat menjawab, Andra duluan yang menjawabnya. 

"Dia mau duduk di samping gue. Iya kan Jess?" Andra memicingkan matanya kepadaku. 

"Eh iya, ya gue mau duduk samping Andra." Aku pun langsung duduk di kursi yang berada di dekatku, disaat itu juga Andra duduk di sampingku. 

"Oh yaudah gue duduk di belakang kalau gitu." 

Entah kenapa aku merasa respon Justin seperti respon seseorang yang sedang kecewa. 

Sekitar 15 menit kemudian ruang kelas telah dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi lain. Lalu beberapa menit kemudian lagi dosen datang dan memulai mata kuliahnya. 1 ½ jam berlalu Andra mengajakku untuk ke kantin bersama.

 "Gue ikut ya!" seru Justin dari belakang. 

"Ah lo nguping aja! Emang lo gak ada kegiatan organisasi lo?" tanya Andra. 

"Gak ada kok.." jawabnya cepat.


Sesampainya di kantin, aku langsung menaruh tasku lalu berjalan kea rah pemesanan makanan, sementara Justin dan Andra sedang ngobrol. 

"Dra, lo mau pesen apa?" tanyaku dengan suara sedikit aku keraskan karena kantin sedang lumyan ramai. 

"Gue roti bakar nutella sama iced cappucinno aja," jawabnya sambil menatapku lekat. 

"Kok gue gak ditanyain sih Jess?" keluh Justin. 

Melihat ekspresinya, aku langsung tertawa kecil, tapi buru-buru aku hentikan. 

"Iya, iya lo mau pesen apa? Oya lo pesen air putih aja kan?" 

"Kok lo nyebelin ya Jess?!" Justin kesal luar biasa. 

Ia langsung menghampiriku. 

"Bu, saya pesen nasi goreng sama iced ocha ya." Tanpa basa-basi ia langsung kembali ke tempat duduknya semula. 

"Dia kayaknya beneran marah sama gue haha." Aku kembali tertawa kecil. 

"Kalau saya pesen salad buah sama iced mocha ya bu. Di meja itu." Aku menunjuk ke arah mereka duduk. 

Ibu kantin pun membalas dengan anggukan. Setelah itu aku kembali ke meja mereka. Aku memilih untuk duduk di sampan Andra, tapi yang membuat tak enak adalah kini aku menjadi duduk berhadapan dengan Justin.

 Beberapa menit kemudian pesanan pun datang. Aku mulai melahap salad buah yang dihapanku, begitupun dengan mereka mulai menyantap makanannya masing-masing. Sesekali Andra mencoba menjahiliku dengan menggulung tisu ke rambutku. Aku pun membalasnya dengan memukul menggunakan dengan tasku. Aku dan dia mulai tertawa bersama. 

Entah kenapa aku seperti mengabaikan Justin yang jelas-jelas ada dihadapanku. Dia hanya menatap ke arah kita berdua dengan tatapan yang tak aku tau artinya. Degan hilir mudiknya mahasiswa-mahasiswi di kantin ini tak membuat Justin untuk mengalihkan pandangannya dari kita berdua.


Next Part 27

*Sorry harusnya cerita ini di publish pas tgl 09, tapi aku lupa karena ke inget cerita yg di Because of Him mulu hehe

*Jadi next part akan di publish tanggal 30. Tetep dua minggu sekali.

*Jika ada krtitik, saran, langsung komen aja ya. Vote nya juga boleh hehe. See ya..

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang