Part 28 : Hari yang fatal

199 8 0
                                    

Hari telah berganti dengan begitu cepatnya. Pijakan tanah yang gersang merambat ke sela-sela sepatu, suhu yang panas meluluhkan peluh dari dahi hingga pelipis, teriknya cuaca bagaikan membakar seluruh tubuhku. Semua sudah berganti setelah musim penghujan datang. Karena musim hujan ini, aku lebih memilih untuk membawa mobil sendiri agar tidak repot pulang-pergi dari dan ke kampus. Hari ini jadwal kuliah pagi tepat mulai jam 07.30 pagi. Aku berangkat pagi sekali sekitar jam 05.30 agar tidak terjebak kemacetan. 

Guyuran hujan yang lebat ini benar-benar membuyarkan pandanganku. Dengan seksama aku perhatikan jalan raya yang ada di depanku. Sebenarnya jalanan tak padat sama sekali, bahkan terlihat lengang seperti orang-orang yang menggunakan jalan ini sedang pergi ke planet lain. Aku pun mempercepat laju mobilku. Aku melihat spedometerku, jarumnya sudah mencapai angka 100. Entah apa yang sedang aku pikirkan saat ini, aku juga tak berpikir bahwa jalanan pasti licin karena guyuran hujan. 

Tepat di tikungan jalan masuk, aku mencoba untuk membanting stir ke arah kanan. Namun mobil ini seperti hilang kendali, tak mau menuruti arahanku. Ia terus menggelincirkan dirinya ke sisi kanan trotoar yang terdapat tiang listrik besar. 


Sialnya aku tak ingat apa-apa setelah itu. Saat aku membuka mata, aku sudah berada di sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih. Yang berwarna disini hanya lah warna bunga dan vas nya yang berada di samping tempat tidurku. Mataku menjelajah ke seisi ruangan ini dan tak menemukan adanya seseorang disini. 

Aku lihat tangan dan kaki kananku di perban, dan keduanya sama-sama menyakitkan untuk digerakkan, bagaikan ada beberapa paku paying di balik perban-perban itu. Hirupan nafasku terasa berat, dan aku baru menyadari adanya selang masuk ke dalam hidungku. Kanan kiri ku yang digunakan untuk dimasukkan infus, aku gunakan untuk meraih smartphone yang ada di atas meja di sebelah vas bunga tadi. Begitu shock nya ketika aku lihat sekarang adalah tanggal 14, padahal waktu aku menghantam trotoar itu masih di tanggal 10. 

"Apa selama 5 hari ini aku tertidur ya?!" gumamku aneh. 

Beberapa menit kemudian gagang pintu berputar, seakan-akan ada seseorang di balik sana yang mencoba untuk memasuki ruangan ini. 

"Sayang, syukurlah kamu udah sadar?!" suara lembut itu memasuki gendang telingaku. Mamah yang baru masuk, lalu keluar kembali. Tak lama kemudian mamah masuk bersama dokter dan beberapa suster. Mereka mencoba untuk memeriksa keadaanku. Mulai dari mata, infusan, dan ucapanku. 

"Apa kamu sudah baikan Jess?" Tanya dokter itu. 

"Sudah dok," jawabku singkat. 

Selesai memeriksa dan mencatat hasil pemeriksaanku, mereka keluar kamar dengan tergesa-gesa. "Aku kenapa mah?" Aku penasaran sekali mengapa aku bisa berakhir sampai disini. 

"Kamu abis kecelakaan, dan selama 5 hari ini kamu koma, sayang." 

"Apa? Koma?" aku masih tak percaya dengan apa yang dikatakan mamahku. Aku hanya merasa tidur sesaat setelah aku menghantam trotoar itu. 

"Sayang tadi dokter bilang kamu harus istirahat dulu ya, karena kamu kan baru sadar dari koma." 

Mendengar perkataan mamah, aku langsung menidurkan diriku kembali. 


Setelah membuka mata, waktu terlewat dua jam. 

"Sayang, kamu udah bangun. Mau mamah ambilin air?"

Aku pun menggelengkan kepalaku.

"Oya mah, siapa yang bawa aku kesini?" 

Merasa tak nyaman dengan selang yang ada di hidungku ini, aku mencoba bernafas dengan perlahan, dan efeknya aku terasa berat dalam berucap. 

Losing You is Sucks!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang