day 4

320 40 0
                                    

Semester kali ini banyak hari libur. Kebiasaanku saat libur adalah bangun siang. Sampai Vanya pernah datang dan membangunkanku karena aku tak menjawab pesannya.

Hari ini libur dan aku memilih melanjutkan lirik lagu yang kubuat. Sudah jadi 1 lirik. Lirik lagu tersebut bercerita tentang, entahlah, mungkin seseorang yang mengagumi seseorang secara diam-diam. This is a mess.

"Kau di dalam, Fandra?" aku mendengar suara ibu dari luar pintu.

"Masuk saja, Bu." kataku.

"Apa yang sedang kau kerjakan, sayang? Ayo makan malam dulu." tanya ibu menghampiriku.

"Ini yang ingin kubicarakan, Bu."

"Kalau begitu kita bicarakan setelah makan malam, ok?" bujuk ibu.

"Ok."

Aku dan ibu turun ke bawah menghampiri meja makan. Kulihat Nathan sedang bercanda dengan Paman Rezki.

Aku lebih memilih diam saat makan dibanding mengikuti pembicaraan Nathan, ibu, dan Paman Rezki yang tak kumengerti. Bahkan aku lebih terlihat tidak menyukai suasana ini.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan, Fandra?" tanya ibu.

"Jadi, Fandra sama Vanya ikut Lyric Contest. Seleksinya dimulai tanggal 2 Mei. Kalau menang, Fandra bisa pergi ke Inggris selama sebulan." jelasku.

"Sebulan?" tanya Paman Rezki.

Aku hanya mengangguk.

Ibu hanya menatap Paman Rezki penuh harap mengizinkanku.

"Tentu. Jika kau menang dan pergi ke Inggris nanti kita bicarakan lagi." ujar Paman Rezki tersenyum.

"Thanks." ujarku tersenyum.

*****

Hari ini, aku dan Vanya pergi ke kantor sebuah radio yang menjadi panitia acara tersebut. Kami diundang ke sini karena lolos ke 10 besar. Kami akan di tes mengenai beberapa pertanyaan, termasuk kemampuan bahasa Inggris kami.

"Kalian Vanya dan Fandra, bukan?" tanya seseorang saat kami memasuki ruangan.

Aku dan Vanya hanya mengangguk.

"C'mon, kenapa kalian lupa sama aku?" tanyanya.

Aku dan Vanya hanya mengerutkan dahi.

"Diva." ujarnya.

Selintas aku mengingat nama tersebut.

"Diva our baby bunny!" seruku dan Vanya memeluk Diva.

"I'm not baby anymore, guys. Look, kita pertama kenal di twitter saat aku masih smp. Dan aku hanya beda satu tahun dari kalian."

Diva memang kami panggil 'baby bunny' sejak kami menjadi internet friends 4 tahun yang lalu.

"Kalian benar-benar terlihat seperti anak kembar." komentar Diva.

Memang potongan rambutku dan Vanya sama. Tapi aku memakai kacamata dan Vanya memakai behel. Berbeda, bukan?

"So, kalian juga lolos ke 10 besar?" tanya Diva.

"Yes. Dan kau jauh-jauh dari Bandung untuk datang ke sini?" tanya Vanya.

"Why not?"

Kami berbincang sampai ruangan ini penuh dengan 10 gadis yang akan diseleksi ulang se-Asia.

Aku cukup gugup karena wawancara ini mengharuskan kami menggunakan bahasa Inggris yang baik dan benar. Kemampuan bermusik kami juga diuji di sini. Hari ini akan ada 5 orang yang gugur.

Aku menunggu Vanya selesai. Ia dipanggil terakhir karena kami dipanggil sesuai abjad nama kami.

Vanya keluar dari ruangan dengan wajah stressnya. Seperti biasa, wajah Vanya selalu seperti itu setelah ia melewati sebuah ujian.

"How?" tanyaku.

"Depressed."

Tak lama, Mbak Dinar keluar dari ruangan. Ia yang akan mengumumkan hasilnya.

"Selamat untuk Fandra Isla Samantha, Hanna Rossetta, Khaila Safitri, Noreen Friska Yolanda, dan Vanya Bella Shavannah. Yang tidak beruntung hari ini jangan kecewa, karena perjuangan kalian tidak akan sia-sia." jelas Mbak Dinar.

Aku dan Vanya berpelukan. Sayang sekali Diva tidak lolos ke babak selanjutnya.

"Jangan berkecil hati, Diva." kataku.

"Tak masalah." Diva yang kecewa masih mencoba tersenyum.

"Kalian yang merasa kusebut namanya, mohon datang kembali besok. Empat diantara kalian akan pulang esok hari." ujar Mbak Dinar.

Sungguh seleksi yang sangat singkat. Belum lagi, kami yang akan terpilih mewakili Indonesia akan diseleksi ke Singapura untuk seleksi puncak.

"Siapapun yang akan berangkat ke Singapura nanti, harus bisa mewakili Asia nanti, ok?" ujar Vanya.

"Pasti."

Vanya yang nekat membawa mobil, mengantarku sampai di rumah.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang