day 13

277 36 0
                                    

Aku, Lisa, Sierra, dan Roni sudah siap di ruang tengah untuk menyambut 4 lelaki yang sangat kami idolakan. Pagi tadi Lisa yang memasak. Ia cukup ahli memasak. Mungkin kami akan memberikan giliran untuk menyiapkan makanan.

"Girls..." bisik Sierra.

Aku dan Lisa yang sedang asyik mengobrol, terpotong karena 4 orang yang sedang berjalan ke arah kami. Roni yang sibuk dengan ponselnya disenggol oleh Sierra langsung terkesiap. Kami semua berdiri menyambug mereka.

Louis mengenakan kaus putih dengan kemeja hijau, Liam mengenakan polo shirt berwarna biru dongker, Harry mengenakan kaus putih dengan kemeja biru, dan Niall mengenakan kemeja denimnya. Astaga, mereka terlihat nyata. Mereka di depan mataku. Aku hanya setinggi pundak mereka.

"Hi, gilrs!" seru Louis dengan lambaian tangannya.

"Hi!" balas kami malu-malu.

"C'mon, treat us like usual." ujar Liam.

"But you're not usual people." gumam Lisa yang bisa terdengar kami semua.

"Ok. Introduce yourself." ujar Harry.

"I'm Roni, from Germany." ujar Roni yang berusaha terlihat biasa.

"Nice to meet you, Roni." ujar Louis yang mana membuat Roni salah tingkah.

"I'm Lisa, from Australia." ujar Lisa malu-malu.

"I like your country, Lisa." komentar Liam.

Lisa hanya tersenyum.

"I'm Fandra, from Indonesia." ujarku yang sebenarnya tidak bisa mengeluarkan suara.

"You're Fandra? I love your skill in playing guitar." Niall menampakan senyumnya.

"You watch me playing guitar?" tanyaku reflek.

"Why not?" Niall membalas.

"Thank you." balasku.

"I'm Sierra, from Canada." ujar Sierra.

"Nice to see you, Sierra." balas Harry.

Astaga, mereka benar-benar memperlakukan kami dengan baik. Dan yang aku bingung mereka mengetahui member favorite masing-masing dari kami dengan membalas perkenalan kami.

Mereka duduk di kursi yang tersisa.

"Ok. We already hear your demo about your song. And we really like it, especially for Lisa and Fandra." jelas Louis.

"Why?" tanya Roni.

"Fandra has three songs and we choose two of them. And Lisa she has brilliant song. It looks like a conversation between us and directioners." jawab Liam.

Aku terkejut karena mereka memilih 2 laguku.

"We have to wait Julian, first." ujar Harry.

"He will be in here?" tanyaku antusias.

"Of course, he will. Only him that can help us about this." jawab Niall.

"Hi, guys! I'm sorry, I come late." ujar seseorang.

"Julian!" sorak kami semua.

Julian hanya tersenyum.

"C'mon, we have to see our new studio!" ujar Julian.

"Where?" tanya Harry.

"Underground." ujar Julian.

"In this house? There's a music studio?" tanyaku.

Julian mengangguk.

Kami semua mengikuti kemana Julian melangkah. Ia membuka salah satu pintu di ujung ruangan ini yang merupakan tangga.

Aku dibuat terperanga oleh studio ini. Jujur, aku memang belum pernah masuk ke studio. Ini pertama kalinya untukku.

Ada ruangan khusus alat musik yang dibatasi dengan kaca. Sangat lengkap. Ada studio khusus untuk merekam suara dan khusus untuk alat musik. Di ruangan luar, terdapat piano dan meja beserta kursinya yang ditata melingkar.

Julian langsung duduk di salah satu kursi.

"Wait a minute." kataku berjalan keluar dari studio.

"What are you doing?" tanya Niall.

"I have to take my guitar." kataku.

"I'm in!" seru Lisa.

"Me too!" seru Niall.

"C'mon!" ajakku.

Setelah mengambil gitar putihku, aku kembali ke studio. Aku mengenakan kacamataku kali ini karena mataku memang sedikit bermasalah.

"You're wearing glasses?" tanya Louis saat aku masuk ke studio.

Aku hanya mengangguk.

"So, what songs of me did you choose?" tanyaku.

"This." Liam memberiku 2 lembar kertas.

"For Sierra and Roni, you know that your song wasn't chosen. We're like your music talent. We hope you both can help us." ujar Liam.

Aku baru tahu ternyata hanya laguku dan Lisa yang terpilih.

"It's ok." ujar mereka.

"Let us know your songs, Fandra." ujar Julian.

"Alright. For my first song, it sounds good with guitar. I want guitar is the main instrumental in this song."

Karena aku memegang gitar, aku mulai memetikan gitarku dengan kunci yang kuciptakan untuk lagu yang kutulis. Aku memberanikan diru untuk bernyanyi dengan suaraku seadanya.

Niall dan yang lainnya bertepuk tangan. Aku hanya tersenyum berterima kasih.

"And my second song, I want piano more playing."

Aku berpindah memainkan piano dan bernyanyi.

"I swear if Simon in here, you'll be in Syco." ujar Julian.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang