day 27

155 22 0
                                    

Baiklah, Louis merusak jeep ini. Jeep ini mogok seketika saat kami sampai di bukit.

"C'mon, we run!" seru Louis.

"Are you kidding me? I'm wearing skinny jeans, Louis." protes Harry.

Hanya Harry yang mengenakan skinny jeans. Louis mengenakan celana katun pendek, Liam mengenakan jeans panjang, dan Niall mengenakan jeans pendek. Dan aku mengenakan jeans.

Aku, Niall, Liam, dan Louis mulai siap berlari. Sedangkan Harry berjalan santai sendirian. So sad.

"Ok, we run!" teriak Louis.

Kami mulai berlari dan aku merasa berlari makin cepat karena jalur yang kami lalui menuruni bukit. Louis memimpin, disusul Niall dan Liam. Oh, dan aku paling belakang. Tapi aku merasa berlari cepat.

Camp mulai terlihat dan aku bisa melihat Steven. Ia melihatku berlari juga. Saat yang lainnya mulai memelankan lari mereka aku malah masih tetap berlari.

Steven berada di hadapanku. Dan aku akan menabraknya. Rupanya tidak, ia menahan perutku suapaya aku berhenti. Namun nyatanya kami berdua jatuh bersama. Aku jatuh di atasnya.

Aku yang masih mengatur napas berbaring di samping Steven. Setidaknya rumput ini nyaman untuk ditiduri. Dan aku malah tertawa. Steven juga.

"You two look like something." komentar Vanya yang membantuku berdiri dengan kamera di tangan kirinya.

"I can't brake it." kataku.

Rey membantu Steven berdiri.

"What if Fandra didn't get caught of me?" tanya Steven.

"She will died." ujar Vanya.

"You're evil." kataku.

"Bukannya kau ke bukit dengan jeep?" tanya Rey.

"Louis just broke it."

"Where's Harry?" tanya Vanya.

"He wearing skinny jeans. So, he couldn't run like us. That's Harry." kataku menunjuk Harry yang baru sampai.

"Fandra." Liam melemparkan botol air mineral padaku.

"Thanks!" seruku meraihnya.

Aku pergi ke mobil yang sudah kosong karena Mr. Danish dan supir lainnya ikut menikmati acara ini. Aku meminta kunci mobil kepada Mr. Danish karena aku ingin berganti dengan pakaian yang lebih santai. Aku memilih celana katun bercorak jeans biru selutut dan kaus hitam.

Setelag itu aku mengembalikan kunci mobil kepada Mr. Danish. Aku kembali ke kerumunan Vanya, Steven, dan Rey. Sierra masih memutar lagu dalam playlist yang aku tak tahu berapa jumlahnya.

"Fandra! Join to the pool?" teriak Roni.

"Sure!" seruku berlari ke arahnya.

Aku menarik Vanya dan Vanya menarik Rey dan Rey menarik Steven. Kami berada di kolam kecil yang terbuat dari balon. Sudah ada Niall, Liam, Harry, dan Louis.

Aku yang sudah tak mengenakan sepatu langsung masuk ke dalam kolam dan menyipratkan air ke arah Steven. Steven langsung menoleh ke arahku dan ikut masih ke dalam kolam yang ukurannya tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung 20 orang.

"Steven!" aku berseru saat ia mencipratkan air yang lebih banyak ke arahku.

Aku membalasnya dan ia kembali membalasku juga. Begitu saja terus hingga kedua lenganku digenggam olehnya. Aku masih tertawa walaupun jantungku berdebar dengan cepat. Aku berjalan mundur hingga tersandung sesuatu sampai aku jatuh terduduk. Steven yang menggenggam lenganku juga hampir jatuh namun ia bisa menahannya.

"Dasar ceroboh." Steven menarik lenganku.

Aku hanya terkikik.

Rey yang mengamati kami hanya menggeleng-geleng. Di antara kami bertiga memang ialah yang paling dewasa. Walaupun sebenarnya aku yang paling tua di antara mereka.

Aku keluar dari kolam karena mulai merasa kedinginan. Vanessa memberiku handuk saat aku turun. Baju yang baru saja kuganti harus kuganti lagi karena basah. Belum lagi aku harus mengeringkan rambutku.

Beruntung karena Lou membawa peralatan make upnya. Jadi aku bisa meminjam hairdryernya.

Aku bersumpah keempat lelaki itu tidak memiliki kata lelah di kamusnya saat bermain. Trampolin yang baru saja selesai dipasang sudah mereka nikmati saat aku keluar dari tenda panitia.

"C'mon Fandra!" seru Vanya.

Ia memang tidak masuk ke dalam kolam karena ia tidak ingin mengeringkan rambutnya. Mengamati Harry yang tubuhnya basah terkena air saja sudah menjadi pemandangan indah dari pinggir kolam bagi Vanya. Rey juga begitu. Ia memilih memainkan ponselnya dan merekam kegiatan kami dengan kamera milik Vanya.

"Satu, dua, tiga!" seruku dan Vanya melompat bersama di trampolin.

Rey dan Steven kembali menjadi kameramen kami.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang