day 10

279 38 1
                                    

Hari ini aku datang ke sekolah untuk izin. Suasana sekolah memang sudah sepi karena banyak siswa yang meliburkan diri.

Keberangkatanku ke Inggris memang bertepatan dengan liburan kenaikan kelas, tapi akan melebihi beberapa hari. Maka dari itu, ibuku meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah.

Sesampainya di ruang piket, aku dengan ibu dan Mbak Dinar dibawa ke ruang BK.

"Jadi ada keperluan apa ibu datang ke sini?" tanya Bu Raina, yang memang salah satu guru BK di sekolahku.

"Begini, Fandra hari Sabtu nanti akan berangkat ke Inggris untuk mewakili Asia dalam kontes lirik. Ia akan di Inggris selama sebulan. Jadi saya ke sini untuk meminta izin kepada pihak sekolah jika Fandra tidak akan sekolah pada awal tahun ajaran baru." ujar ibu.

"Sebulan?" tanya Bu Jihan dan Bu Raina bersamaan.

Ibu hanya mengangguk.

"Kami sangat mendukung prestasi siswa di sekolah maupun di luar sekolah. Tapi sekolah kami bukan tipe sekolah yang di minggu pertama sekolah belum melakukan kegiatan belajar dengan efektif." ujar Bu Jihan, kepala sekolahku.

"Saya tahu. Maka dari itu kami datang ke sekolah. Fandra tetap bisa mengikuti pembelajaran di sekolah. Fandra bisa mempercayai salah satu temannya untuk merekam pembelajaran di kelas. Ia juga akan tetap mengumpulkan tugas melalui email." jelas Mbak Dinar.

"Siapa teman yang kau percaya di kelas, Nak?" tanya Bu Jihan.

"Mungkin Rey bisa membantuku." kataku mengingat Rey memang satu kelas denganku.

Aku sudah 2 tahun sekelas dengan Rey. Dan perlu diketahui kelas ilmu sosial di sini hanya 3 kelas. Bahkan jarang mengalami perubahan kelas.

"Bagaimana?" tanya Mbak Dinar.

"Tentu. Kau harus siap mengikuti ujian secara online jika diperlukan, Fandra." ujar Bu Raina.

Aku hanya mengangguk.

Bu Jihan menandatangani beberapa surat perizinanku.

"Bagaimana dengan Paman Rezki, Bu? Apa ia akan mengizinkanku?" tanyaku saat keluar dari ruang BK.

"Kau tak usah khawatir. Ibu akan mengurusnya. Kau belajar saja di sekolah. Masalah itu tak usah dipikirkan."

Aku hanya mengangguk.

Ibu pergi ke parkiran dan aku kembali ke kelasku. Aku mendapati Rey sedang bersama teman-temannya.

"Rey!" seruku.

"Ada apa?" tanya Rey.

"Bisa bicara sebentar? Aku pinjem Rey sebentar, ya." izinku kepada teman-temannya.

"Bawa aja, daripada di sini menjamur jadi jomblo seumur hidup." celetuk salah satu temannya yang mana membuatku tertawa.

"To the point, ok?"

Aku mengangguk.

"Di awal tahun ajaran baru mungkin aku akan tertinggal beberapa pelajaran, kau mau membantuku, bukan?" tanyaku.

"Memangnya kau mau kemana?"

"Inggris, Rey."

"Astaga, aku lupa. Lalu apa yang bisa kubantu?" tanyanya.

"Mudah. Hanya memberitahuku melalui email jika ada tugas. Dan aku ingin kau mengirim catatanmu. Terakhir, aku memintamu minimal seminggu sekali menghubungiku melalu skype." kataku.

"Skype? Untuk apa?"

"Jelaskan pelajaran yang tak kumengerti."

"Baiklah."

"Benarkah?"

"Ada satu syarat."

"Katakan saja."

"Traktir aku setelah kau pulang dari Inggris."

"Itu mudah."

"Selama seminggu." lanjut Rey.

"Kau mau membuatku bangkrut, hah?"

"Traktir selama seminggu atau tidak sama sekali."

"Baiklah." aku mendengus kesal.

"Kalau begitu, aku pergi. See you arround!" serunya masih dalam tampang dinginnya.

*****

Aku tidak pulang dengan Vanya karena Paman Rezki menjemputku.

"Kau benar-benar ingin ke Inggris, Fandra?" tanya Paman Rezki.

Aku hanya mengangguk.

"Kau tak akan menyesali keputusanmu?" tanya Paman Rezki.

"Tidak. Inggris negara impianku sejak usiaku 14, Paman. Dan aku akan bertemu idolaku. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini." kataku yakin.

"Kalau Paman mengizinkanmu apa yang akan kau lakukan?" tanya Paman Rezki.

"Memanggil Paman dengan sebutan ayah?" tanyaku yang sebenarnya tidak yakin.

"Aku tidak akan memaksamu untuk itu. Aku akan tetap mengizinkanmu." ujarnya.

"Benarkah?"

Paman Rezki mengangguk.

"Terima masih, Paman. Paman memang yang terbaik." kataku.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang