day 12

278 38 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam 30 menit, akhirnya aku sampai di sebuah rumah yang menurutku sangat megah. Tidak, ini seperti istana. Mobil yang kutumpangi memasuki pekarangan rumah. Letaknya mungkin berada di pinggir kota London dan tidak banyak orang mengetahui tempat damai ini.

Ada 3 mobil Range Rover lainnya di belakangku dan mulai memakirkan mobilnya berjajar dengan mobil yang kutumpangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada 3 mobil Range Rover lainnya di belakangku dan mulai memakirkan mobilnya berjajar dengan mobil yang kutumpangi. Aku keluar dari mobil, begitupun penumpang lainnya. Aku dan ketiga gadis lainnya berjalan memasuki rumah dengan menyeret koper masing-masing. Kami dibuat takjub dengan ruang tengah yang sangatlah luas.

 Kami dibuat takjub dengan ruang tengah yang sangatlah luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada seseorang yang turun dari lantai atas. Vanessa.

"Vanessa?" tanyaku dan yang lainnya.

Ternyata mereka juga mengenal Vanessa.

"Hi, girls! Nice to meet you again." ujarnya menuruni anak tangga terakhir.

"I just want to explain everything in here. I'll return to London tonight."

"So, introduce yourself. From you." Vanessa menunjukku.

"I'm Fandra Isla Samantha, but you can call me Fandra. I'm 18 and I'm from Indonesia. Nice to meet you." ujarku tersenyum.

"I'm Lisa Jane Broke. Just call me Lisa. I'm 18. I'm from Australia. Glad to see you." ujar gadis berambut pirang di sampingku.

"I'm Sierra Georgia Foelish. Called Sierra. I'm 17. I came from Canada. Nice to meet you." ujar gadis berambut dirty blonde di samping Lisa.

"I'm Veronica Blue Keihl. Known as Roni. I'm 19 and I'm from Germany. Nice to meet you, too." ujar gadis berambut coklat dengan senyuman manis itu.

Vanessa mengajak kami ke lantai atas. Di sanalah kamar kami, sedangkan kamar untuk Niall, Harry, Liam, dan Louis ada di lantai bawah. Ada tulisan nama mereka di masing-masing pintu. Dan itu juga terjadi pada kamarku dan yang lainnya.

 Dan itu juga terjadi pada kamarku dan yang lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamar kami semua bernuansa putih. Kami diberi fasilitas iMac. Mungkin di sana ada aplikasi yang dapat membantu kami menciptakan sebuah lagu. Hanya ada perbedaan yang mencolok di masing-masing kamar. Karena kami memiliki latar belakang musik yang berbeda, alat musik yang disediakan di kamar kami pun berbeda.

Kamarku terdapat piano, kamar Lisa tidak terdapat alat musik karena ia membawa gitarnya, kamar Sierra terdapat berbagai macam alat musik elektronik, dan kamar Roni terdapat piano dengan mixer musik.

Setelah membereskan barang kami, Vanessa menjelaskan berbagai macam hal.

"You have to clean your own room. There's no assistant in here. So, you have to cook, wash your clothes, and everything by yourself." ujar Vanessa.

"But, for now, you can enjoy your dinner without cook first because I know all of you is too tired to cook. So, let's get our dinner first!" seru Vanessa.

Lisa looks a little bit like Taylor Swift. Rambutnya pirang, matanya biru, dan bibirnya tipis. Ia memiliki sikap yang lembut. Setidaknya itu yang kuamati dari cara bicaranya. Ia bisa memainkan berbagai alat musik petik selain gitar.

Sierra looks perfect. Rambutnya yang tak sepenuhnya pirang membingkai wajahnya. Dan aku suka mata hazelnya. Ia berpenampilan seperti gadis nakal dengan pakaian serba hitamnya. Ia bisa dibilang seorang DJ karena ia sering tampil di acara sekolahnya.

Roni looks like usual girl. Rambutnya coklat dan matanya hijau. Ia terlihat seperti gadis tomboy yang tidak terlalu peduli dengan penampilan. Ia bisa bermain piano. Dan aku suka aksen eropanya yang terdengar jelas.

Setidaknya itu yang bisa kudapatkan selama kami berbincang saat makan malam.

"Take a rest for tomorrow. They'll come at 10 a.m. Get ready. You'll meet me if you come to Sony. Maybe enough for me. See you." Vanessa berjalan menuju pintu utama.

Kami semua kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. Aku baru menyadari ternyata terdapat microphone untuk rekaman di meja utama kamar ini. Kamarku terlihat seperti studio kecil karena kamarku kedap suara. Setidaknya macbook bisa membantuku membuat musik yang sudah terpikirkan di otakku.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang