day 29

160 24 6
                                    

Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku di sofa. Liam yang membawa 2 kaleng soft drink melemparkan salah satunya kepadaku.

"Want to share something?" tanya Liam duduk di sampingku.

"Something what?"

"What are you thinking?"

"Ok, Vanessa asked me to continue my school in here next year in Royal Academy of Music. I think my parents wouldn't let me live alone in here. And my stepfather wouldn't like if I'm in the music school."

"Hey, your music talent is amazing, Fandra."

"Just for my hobby, not my future."

"It's your decision." ujar Liam meninggalkanku sendirian.

Aku hanya membuka kaleng soft drink yang diberikan Liam dan meminumnya. Harry melewatiku dan sepertinya ia akan pergi. Aku memilih untuk istirahat di kamarku.

"What are you doing?" tanyaku pada Lisa yang membawa tumpukan baju.

"Wash my clothes." jawabnya.

"Oh, shit, I forgot. Wait me in laudry room." kataku pada Lisa.

"Ok."

Aku kembali ke tujuan awalku pergi ke kamarku. Namun bukan untuk istirahat, melainkan mengambil pakaian kotorku. Aku mengambil keranjang yang berada di depan kamar mandi. Aku membuka tasku yang berisi pakaian kotor. Bayangkan aku belum mencuci seminggu ini. Untungnya hari ini kami tidak ada kegiatan apapun.

Aku segera ke laundry room yang berada di belakang rumah. Aku menemukan Lisa sedang menunggu cuciannya. Di ruangan ini memang ada 4 mesin cuci dan 4 dryer.

Lisa selesai lebih dulu. Aku selesai setengah jam setelahnya. Aku langsung menjemur pakaianku di lantai 2 ruangan ini. Setelah selesai, aku kembali ke ruang tengah yang sepi. Ruangan ini ber-ac sehingga udara di sini lebih sejuk daripada di luar.

Aku meluruskan kakiku di sofa dan menutup mataku sejenak. Aku terduduk karena terkejut merasakan sesuatu yang dingin di pipiku.

"This." Niall memberikan botol air mineral dingin.

The boys hobi sekali memberi minum orang yang sedang kehausan.

"Why One Direction likes giving drink?" tanyaku.

"Who gave you drink beside me?"

"Liam."

"If Louis give you drinks don't recieve it. He will give you beer."

"Oh, ok." aku meneguk air mineral yang diberikan Niall.

"I saw you with Steven last night in the lake. What are you talking about? Looks so serious."

"A secret between me and him."

"He likes you."

"What?" kataku reflek.

"I can see in his eyes, he likes you."

"He told me so."

"What?!" Niall tampak terkejut.

"What for what?" tanyaku bingung.

"He asked you to be his girl?" tanya Niall.

"Of course."

"Then?"

"Then what?"

Baik, mungkin Niall sedikit kesal karena aku tidak tahu maksudnya.

"Relation ship or something?"

"No. I'm his, but he's not mine."

"I don't get it." wajahnya bingung.

"I like him just being friends. No more. But as you said, he likes me. So, I let him."

"So, you're single?"

"No. I'm fangirl." kataku beranjak dari sofa.

"See you at 7." aku berjalan menaiki tangga.

Aku kembali ke kamarku dan mencoba menghubungi ibu. Aku ingin membicarakan tentang tawaran Vanessa.

"Halo?"

"Hi, Ibu! Ini Fandra. Maaf baru hubungin, Ibu."

"Tak masalah. Ada apa, sayang?"

"Jadi gini, Fandra dapet tawaran beasiswa sekolah musik di sini setelah lulus tahun depan."

"Tawaran dari mana?"

"Vanessa, salah satu panitia di sini."

"Memangnya kau akan disekolahkan dimana?"

"Royal Academy of Music."

"Really? Baik, Ibu akan bicarakan dengan Paman Rezki."

"Terima kasih, Bu. Tapi jika Ibu tidak mengizinkanku juga tak masalah."

"Baiklah. Sampai jumpa, sayang."

"Bye, love you."

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang