day 21

186 29 0
                                    

Aku dan yang lainnya pergi ke set Live While We're Young yang akan menjadi tempat diselenggarakannya music festival. Set sudah jadi dan siap untuk esok hari. Kami yang beruntung bisa mengunjungi set hari ini. Kami bisa melihat-lihat set yang sangat dibuat persis seperti Live While We're Young music video.

Aku sendiri membuat vlog yang diizinkan aku upload setelah acara ini berakhir. Maksudku saat aku sudah kembali ke Indonesia.

"You like it?" tanya Vanessa.

"I love it! It looks real like Live While We're Young music video. They'll like it." kataku.

Aku mulai berkeliling memasuki tenda yang berdiri kokoh.

"The baloons will light the night." Vanessa menemaniku berkeliling.

"Great!" seruku.

Aku hanya memandangi tenda yang berdiri sama persis saat Zayn, Liam, Louis, Harry, dan Niall memunculkan kepalanya di pintu tenda. Aku hanya tersenyum mengingatnya.

"What do you think about this?" tanya Liam berdiri di samping kananku.

Niall juga menghampiriku dan berdiri di samping kiriku.

"Zayn's silly face." kataku terkekeh.

Aku berjalan berkeliling mulai dari tenda, balon, rumah pohon yang ternyata sengaja dibuat, mobil jeep, dan danau. Taman bermain. Itu yang terlintas di otakku.

"Dj Payne!!!" seruku saat melihat Liam sibuk dengan alat musik elektronik yang tersedia.

Liam sibuk membuat suaranya sendiri. Ia memanfaatkan kemampuan beatboxnya.

"Dj Vanya will rise." bisik Vanya yang sudah datang di sebelahku.

Aku hanya tersenyum.

Aku hanya berlari ke mobil yang menjadi milikku selama aku di sini.

"Mr. Danish, can you open the baggage?"

Pintu bagasi mobil pun terbuka. Aku membuka tas yang melindungi gitarku dan mengambilnya. Aku mencari audiojack untuk gitarku di sekitar Liam.

"What are you looking for?" tanya Liam.

"This." kataku saat berhasil menemukannya.

"For what?" tanya Liam lagi.

"Just see." aku menarik kabel tersebut ke tengah area.

Sebelum aku mencolokkan gitar akustikku, aku mengecek gitarku terlebih dahulu. Niall yang sedang duduk di bagasi mobil, menghampiriku.

"Need some help?" tanyanya.

"No, thank you."

"Thanks for giving me an idea." katanya meninggalkanku.

Saat aku sudah siap memainkan gitarku, Niall datang dengan Sandy dan Dan yang juga membawa gitar dan bass.

"Let us know what will you do." ujar Niall.

"History." kataku tersenyum.

"Ok." Niall dan yang lainnya duduk di tumpukan jarami di sebelahku.

Belum aku memainkan gitar intro, beberapa directioners, termasuk Vanya, duduk memenuhi tumpukan jerami. Vanya mulai bertepuk tangan dan diikuti yang lainnya. Rupanya mereka tahu lagu apa yang ingin aku mainkan. Tepukan tangan tersebut membuat intro sebelum gitar dipetik.

Kami semua bernyanyi bersama. Liam, Louis, dan Harry ikut memenuhi area ini. Aku dikejutkan oleh Sierra yang memainkan musik elektroniknya. Ia membuat musiknya berbaur dengan kami. Nice job, Sierra. Semua bertepuk tangan dan berteriak saat kami selesai menyanyikannya bersama.

Aku duduk di tumpukan jerami ini setelah bernyanyi bersama. Aku hanya memainkan jariku pada gitar sampai terdengar suara Vanessa berteriak.

Aku melihat Vanessa memarahi Louis.

"I'll never let you break this one before the festival." ujar Vanessa memperingati Louis.

"But-"

"No but. Remember when you broke this once you drive it." potong Vanessa.

"Take off the key, Paul." ujar Vanessa.

"She's sick!" gerutu Louis di hadapanku.

"Hey! Wanna have some fun?" tanya Liam di belakangku memegang pistol airnya.

"Don't shoot me!" aku memekik berlari saat Liam mengarahkan pistolnya ke arahku.

"Chase her, Niall!" teriak Liam.

Aku yang melihat pistol air tergeletak langsung mengambilnya.

"Please don't! I didn't bring more clothes!" seruku pada Niall.

Satu tembakan air dari Niall membasahi kausku.

"Niall!" aku berteriak.

"Your scream makes my ears deaf one half." ujar Liam.

"Too excess!" balasku.

"Chase her!" seru Louis.

"Why you all chasing me?" tanyaku sambil berlari berkeliling padang rumput ini.

"Because you're the only girl who brings that water gun." ujar Louis.

Kaus soft purple yang kukenakan mulai basah. Beruntung karena bahannya tidak terlalu tipis.

Lisa, Sierra, dan Roni ternyata berada beberapa meter di depanku. Mereka membawa pistol air juga. Aku berlari ke arah mereka dan jadilah perang pistol air. Bahkan Paul juga ikut dengan payung hitamnya.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang