[Sat, May 21st 2016. 4:20 p.m]
Di ujung temarang malam yang sunyi,
Tak ada sosok yang bersamaku saat ini di sini.
Aku hanya berteman dengan sebuah alat komunikasi yang kugenggam dengan tanganku sendiri.Tetiba aku mendengar lantunan denting piano yang mengalun merdu hingga memenuhi seluruh isi saraf pusatku.
Seketika aku merasakan sosokmu hadir dalam kesendirianku kini.
Oh ternyata itu semua hanya angan semu dari seluruh imajiku.Sebuah bayangan masa lalu yang melintas begitu saja,
Membuatku harus merasakan kembali perih yang kupendam teramat dalam.Aku ingin sekali melupakanmu sungguh,
Namun mengapa pikiran tak sesuai dengan kenyataan?
Nyatanya, aku tak dapat menghilangkan tiap guratan sendu dari parasmu.
Alis tebal yang memayungi kelopak matamu,
Deru nafasmu yang memburu ketika memelukku,
Aroma tubuhmu yang begitu memabukkan,
Bahkan setiap inci tubuhmu tak sanggup kulupakan,
Izinkan aku untuk melepaskan tali kekang dari sosokmu di pikiranku.Aku mohon pada-Mu, Tuhan.
Satukanlah kami seperti sepasang sepatu.
Yang dapat beradu namun hanya tak dapat berjalan seiring.
Atau mungkin jadikan kami sepasang merpati?
Yang hanya bertukar sapa saat kami sedang melayang membelah angkasa raya.—M. Alfa Rizky, Wiwin Windayani, Rizka Rosa, Momon, Nabhilla, Diah Fitria.
MAlfharizy | belorry | rizkarosa | nabhilayas |
KAMU SEDANG MEMBACA
Siluet Kata Kita
PoetryKetika bibirmu tak dapat ungkapkan rasa, Maka biarkan jemari tanganmu yang mewakilinya. Dalam aksara bisu mudah terselip pusara lara, Daripada menanggung duka terlalu lama lebih baik menyatulah bersama suka. Maaf. Beribu maaf. Kami hanya mampu meny...