Di Persimpangan Jalan Ini

141 12 1
                                    

[Mon, July 18th 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Mon, July 18th 2016. 9:01 p.m]

Harapku akan temu kian meruncing menuju arahmu,
Aku kira dulu kau takkan meninggalkan letihku seorang diri di antara persimpang jalan ini.
Sungguh sebuah delusi liar berkecamuk menyatu dalam objek fiksi,
Kau hanya menoleh ke arahku lalu berlalu pergi terbawa sejumput sore sederhana.

Ketika kau yakin akan pergi, kau datang kembali di persimpangan jalan itu.
Menggenggam tanganku erat; mencoba mencumbu rasa manis bibirku.
Aku bagai kurcaci dekil saat berada dalam teritorimu,
Kau sungguh berkuasa atas aku.

Dalam benak aku bertanya, apa yang merasukimu?
Sebuah penyesalankah?
Atau kau sedang linglung saja?
Aku tak mempermasalahkan harga diri, hanya saja aku tak ingin dadaku kembali tersayat oleh pilu rindu ini.

Satu sisi bahagia begitu membuncah, namun di sisi lain aku seolah terkungkung dalam keraguan.
Aku merasa ingin mendorongmu jauh namun pesonamu mencekik urat sukmaku.
Hingga tak berdaya.
Dan membeku dalam rindu.

Sampai akhirnya, akupun hanya mampu terdiam.
Dan mulai mencoba untuk pergi menjauh darimu,
Bukan apa-apa.
Aku menjauh agar cekikan itu dapat hilang karena aku tak ingin mati dalam selubung rasaku sendiri.

Sayangnya, langkahku selalu terhenti.
Kakiku tertanam seketika aku memutuskan untuk pergi.
Meski kurasa desah napas bersatu peluh kelelahan memaksa; Aku tak sanggup.

Diriku bagai terperangkap dalam satu persimpangan jalan; kesepian dan sendiri.
Ditemani bayang semu ilusi sosokmu yang selalu berkuasa atasku.
Ditertawakan pandangan tanpa teduh darimu yang hanya bisa kubalas dengan lekukan sayu kelopak mataku.

-Rizka Rosa, Ahmad Sulton, Agus, Sarsya Mardliyah.

rizkarosa | AhmadSulton_G | pyschoproject | sarsyaa

Siluet Kata KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang