Dengungan Suara Hati

356 21 7
                                    

[Sun, May 22nd 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sun, May 22nd 2016. 9:34 a.m]

Wahai, Kasih.
Dapatkah kau melihat diriku?
Dapatkah kau membayangkanku menatap lurus bulir matamu?

Nyatanya bisa kulihat kau dengan jelas,
Nyatanya kau terlukis di benakku layaknya ukiran indah di atas kanvas,
Namun pahit,
Nyatanya kau jauh seperti bintang di ambang angkasa.

Kasih, tahukah?
Engkau layaknya jantung yang berdetak,
Layaknya nadi yang mengalirkanku darah,
Layaknya nafas yang terhembus pelan,
Kau layaknya bagian terpenting bagiku dalam kehidupan.

Matamu indah memukau layaknya permata laut,
Suaramu mengalun lembut layaknya nyanyian malaikat melantun,
Dekapanmu menghangatkan layaknya selimut menyemat tubuh yang beku.

Kasih,
Bolehkah aku memintamu untukku sendiri?
Bolehkah aku memintamu hanya menatap dalam ke manik mataku ini?
Bolehkah aku mengakuimu sebagai milik?

Dentuman indah dalam dadaku seringnya berubah kacau di dekatmu,
Kacau karena aku di saat yang sama mencintai dan membencimu.

Aku mencintaimu bagai pelangi mencintai hujan,
Dan aku membencimu bagai karang membenci ombak,

Kau seperti sebuah barang mewah di kotak kaca,
Memanggil untuk kulihat,
Menggiurkan untuk kusentuh,
Namun tak bisa untuk kubawa.

Sampai kapankah kumampu bertahan,
Dalam balutan kesakitan di antara harapan?

Andai hati dapat kuatur semauku,
Mungkin takkan kubiarkan ia jatuh padamu,
Takkan kubiarkan ia menyesap indahmu,
Takkan kubiarkan ia menghirup nyaman darimu,
Karena kurasa tahu diriku cukup,
Kau bukan yang akhirnya dapat menjadi milikku.

Namun, Kasih.
Bolehkah saat ini aku mengharap secuil rasamu teruntuk diriku?
Bolehkan barang sejenak aku mengunyah rindu yang melingkari sanubarimu?

Karena mungkin rindumu dapat membuatku melayang seperti saat kuhirup serbuk morfin itu,
Atau seperti kunci G di gitar kesayanganmu yang sanggup memacu seluruh adrenalinku.

Jika kau mau berbaik hati memberikan rindu itu kepadaku,
Maka akan kupajang rindu itu di depan pintu kamarku.
Sungguh bukan tanpa maksud aku melakukan itu.
Karena setiap aku melewati pintu kamarku akan ada selipan rindumu yang merasuk melalui celah rongga penciumanku.
Sungguh itu sebuah oksigen nyata untuk paruku.

Tak masalah jika saat ini kau sedang berkelana menyambangi para ilalang yang terlihat bergemuruh.
Karena aku percaya, kau akan menjadikanku tempat bersandar ternyaman bak pelabuhan terakhirmu.

—Yusnia Binvi, M. Fauzi, Rizka Rosa, Tamara Sarlita.

Blacklips06 | MPauji | rizkarosa | tatamaraaa

Siluet Kata KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang