[Wed, May 18th 2016. 11:30 p.m]
Desakan penat telah mengakar ke belantara jiwa,
Lelah menunggu teletik hujan yang lama sirna,
Kuputuskan tuk sejenak singgah,
Di depan sebuah rumah.Kudekati ke arah jendela,
Ternyata aku salah menerka.
Bukan rumah.
Hanya sebuah tempat biasa.Namun hangatnya sanggup menguapkan anak hujan.
Terpana aku seketika.
Karena melihat seseorang di dalam sana.
Seorang lelaki tua tersenyum ringkih dari balik jendela.Senyumnya ramah meski guratan tampak menghiasi sisi wajahnya.
Lelah.
Sepercik kelelahan hadir di sana.Tanpa sadar senyum lelaki itu memberiku suatu percikan lain,
Ada senyum di bibirku teruntai,
Sejenak penat seolah terlupakan tanpa kusadari.Aku menelisik lebih lamat sosok itu.
Namun tak dapat kutemukan senyum paraunya.
Hanya terlihat bingkai siluet wajah,
Yang bertengger di dinding pojok ruangan.Sepertinya lelaki tua itu ingin memberikan petuah.
Ah! Aku sudah lelah dengan semua petuah.Aku menyerah untuk melawan segala gundah,
Dan sosok itu seakan memberikan sebuah kekuatan,
Dan membuatku percaya akan sebuah keajaiban.-Rizka Rosa, Tamara Sarlita, Shinta Novelisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siluet Kata Kita
PoetryKetika bibirmu tak dapat ungkapkan rasa, Maka biarkan jemari tanganmu yang mewakilinya. Dalam aksara bisu mudah terselip pusara lara, Daripada menanggung duka terlalu lama lebih baik menyatulah bersama suka. Maaf. Beribu maaf. Kami hanya mampu meny...