[Wed, June 15th 2016. 4:42 p.m]
Hamparan pasir pantai yang terbentang luas,
Kini telah menjelma menjadi seorang kawan lawas,
Karena hanya padanya aku mengaku jika surat dalam botol cantik ini teruntuk dirimu.Setapak demi setapak telah kulewati berbagai waktu,
Hingga desiran ombak itu menyapaku lewat alunan nyiur mendayu.
Hembusan angin serta merta tak mau kalah; kepulannya membawaku semakin terlarut dalam bayang nyata tentangmu.Langit cerah seakan membuatku terpatri pada suatu kenangan indah saat aku menautkan jemari tanganmu; aku rindu momen bahagia itu.
Melodi merdu sang camar seolah berbisik mesra tepat di daun telingaku,
Bisikan itu melesat masuk melalui celah rongga hingga tak sanggup kubendung kejadian manis saat bersamamu dulu.Ditemani senja dengan warna elok rupa jingga,
Kuletakkan botol terakhir di bibir pantai; hanya harap yang mampu menemukanmu dengannya.Tiada ada kata 'seandainya' yang kau ucapkan dengan pendar air yang menggenang di pelupuk matamu,
Dan melukiskan betapa menyesal dirimu karena tak kembali dalam 3 bulan terakhir.-Agus Sandika, Hadi, Virgina Rizky Adinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Siluet Kata Kita
PoetryKetika bibirmu tak dapat ungkapkan rasa, Maka biarkan jemari tanganmu yang mewakilinya. Dalam aksara bisu mudah terselip pusara lara, Daripada menanggung duka terlalu lama lebih baik menyatulah bersama suka. Maaf. Beribu maaf. Kami hanya mampu meny...