Rasa Itu (Masih) Mengudara

279 20 1
                                    

[Fri, May 20th 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Fri, May 20th 2016. 9:36 p.m]

Melihatmu berjalan dengan wanita lain,
Aku sanggup.
Mendengarmu bernyanyi dengan wanita lain,
Aku sanggup.
Dan hanya,
Menatap nanar punggungmu dari ujung jalan ini,
Aku sanggup.

Namun, aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu;
Apakah wanita itu memelukmu saat kau menangis seperti aku?
Apakah wanita itu mendengarkan celotehanmu seperti aku?
Apakah wanita itu selalu menyanyikan lagu kesukaanmu seperti aku?
Apakah wanita itu mengetahui segalanya tentangmu seperti aku?

Aku mencintaimu sebatas sayang,
Sayang karena kau tak pernah tahu rupa rasa cintaku seperti apa.
Tidak apa jika bagimu aku tidak menyenangkan,
Karena yang aku mau adalah aku menjadi seseorang yang dapat menenangkan hatimu,
Dan jika diperbolehkan aku ingin memenangkan atas kamu.
Jika kamu sudah lelah dengannya, silahkan.
Aku akan selalu terbuka,
Bahkan untuk kebahagianmu dengannya aku akan selalu membukakan pelukanku untuk doa-doa yang kau tujukan atas nama orang yang kamu cinta.

Bukan sekali aku ingin membuka bibirku,
Melepas segel lidah yang kelu,
Aku ingin kau sekadar tahu,
Bahwa di sini aku.

Namun kesadaran meninju pelan bahuku,
Hanya dengan melihatmu bahagia aku harusnya merasa cukup,
Meski bahagiamu bukan aku.

Tak mudah bagiku menyembunyikan pilu,
Yang seketika membiru,
Dan mengerat menyiksa relung,

Egoku menang,
Egoku untuk tetap membahagiakanmu menempati urutan teratas di singgasana,
Dan karenanya aku bertahan dalam diam,
Tersenyum dalam tangis yang kusembunyikan,
Hanya untuk membuatku selalu ada di dekatmu lebih lama.

Saat kau tertawa bersamanya.
Aku hanya mampu tertawa bersama bayangmu.

Melihatmu bahagia aku ikut bahagia bersamamu.
Kamu bagaikan angin yang tak mampu kugenggam.
Namun kau harus ingat.
Jika kau terluka aku akan menjadi obat untuk lukamu.
Jika kau menangis aku akan serahkan pundakku untuk menjadi tempat bersandar ternyaman.

Karena aku hanya ingin melihat lekuk bibirmu yang tersenyum.
Walau senyum itu bukan teruntuk diriku.

Apa kau tahu betapa sakitnya hatiku kala menatap sepasang muda mudi tersenyum bahagia dalam persaan yang berbunga?

Bolehkan aku mencabik bibirmu?
Hanya untuk melepaskan lekuk indah senyummu.
Bolehkah aku menghunus sepasang mata indahmu?
Hanya agar tak ada yang lain yang dapat melihat sorot penuh pesona itu.

Aku mohon padamu lihat aku.
Lihat aku sebagai seorang wanita.
Bukan sebagai seorang sahabat yang tercinta.

Tatap aku dengan tatapan cinta,
Peluk aku dengan sebuncah rasa,
Bukan sebagai pendengar setia segala keluh kesah.

—Rizka Rosa, Adischa, Tamara Sarlita, Shinta Novelisa, Wiwin Windayani.

rizkarosa | adischaaa | tatamaraaa | YoungLady_ |

belorry

Siluet Kata KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang