Garis Tegas Takdir

125 9 3
                                    

[Mon, August 15th 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Mon, August 15th 2016. 9:45 p.m]

Aku.
Hijau, rindang dan menyejukkan.

Kau.
Kaku, dingin dan menakutkan.

Ada satu garis lurus yang membatasi kita,
garis itu begitu tegas dan berbatas jelas.
Menghindarpun tiada lagi guna,
karena semesta telah mengatur begitu adanya.

Di ujung senja yang hangat,
aku menggenggam tanganmu erat.
Kau membalasnya.
Namun begitu dingin,
bahkan senja sehangat ini tak mampu meleburkan kehampaan diriku akan kau.

Satu garis lurus memang memisahkan kita,
hingga perbedaan semakin terlihat nyata adanya.
Ingin jiwa meyakinkan keadaan yang menganjurkan kita agar tak lagi bersanding.

Inikah rasanya terpisah?
Sementara putus asa menyelimuti sisa harapan, tanganku semakin erat menggenggam.
Menghabiskan kesempatan yang hampir habis dengan sebaik-baiknya.
Namun sakit ini tak lekas sembuh.
Air mataku mengalir deras di detik terakhir.

Pendar gantungan embun pada mata kini hanya kau tatap nanar.
Seakan memang jarimu ditakdirkan tak berdaya untuk menyentuh dan menghapusnya.
Hingga kini bekasnya meninggalkan jejak yang lurus.
Tegap.
Serupa dengan garis pemisah di antara kita.
Yang menghilangkan rengkuhanmu.
Yang menjauhkan degup jantungmu dari telingaku.

Kau yang jaraknya setipis benang dari wajahku,
namun terasa seperti berjuta pulau jauhnya.
Terpisah akan satu ruas jalan yang makin lama makin melebar.

A k u,
layaknya malam yang merindukan siang bagaikan bulan yang mendambakan matahari,
bagaikan api yang menginginkan air.

Aku ingin menemuimu,
namun jarak dan takdir yang memisahkan kita.
Ah!
Mungkin bukan jarak dan takdir,
hanya saja kau yang memisahkan diri dariku.
Kau melepasku dan membiarkan kita terpisah sendu.

Takdir dan nasib seolah-olah ikut ambil bagian dalam membuat batas itu menjadi nyata.
Hadirnya sosok lain yang menjadi benteng memperkuat alasan kita berpisah.

Konspirasi yang terlihat nyata antara takdir dan nasib membuat aku harus tahu bahwa kau dan aku berbeda, tidak akan pernah bersatu ibarat langit dan bumi yang terpisah bentangan luas.

-Rizka Rosa, Ahmad Sulton, Nabhilayas, Putri, Azizah.
rizkarosa | AhmadSulton_G | nabhilayas | dryani_ | azizahazeha

Siluet Kata KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang