Janji di Bawah Kilau Supermoon

115 5 4
                                    

[Tue, Febuary 7th 2017; 8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Tue, Febuary 7th 2017; 8.01 p.m]

Kala itu bulan bersinar lebih terang dari biasanya, sebuah kejadian langka yang mungkin hanya bisa kita nikmati satu kali dalam hidup kita
Hatiku menghangat, sebab aku memandang keindahannya sambil menjalin peluk denganmu erat
Untuk pertama kalinya pula, di bawah supermoon kita berjanji agar tidak saling membuat luka
Lucunya, aku dan kamu dibatasi dimensi yang berbeda
Aku di belahan kota selatan sementara kamu di belahan kota utara
Namun jarak tidak terasa mengganggu nyatanya

Ketika kehangatan di bawah supermoon menyelimuti malam indah kita, terbesit tanya dalam benak,
Mengapa jarak membentang memecah kehangatan kita?
Jarak seolah ingin menguji rasa cinta kita berdua
Seakan ingin memaksa kita mengakui ada rasa tersembunyi yang indah

Tak nampakkah wajah kita yang tersirat rasa rindu?
Masih kurangkah ungkap kita pada harap akan temu?
Jarak dapat mengerti bahwa ada sepasang kekasih yang saling mencintai dan terluka di sini, harapku

Supermoon kali ini bersinar indah
Di bawah nya kini kita bersua
Di dalam keheningan malam yang tak terkira
Mereguk kasih pada dunia yang katanya fana

Mungkin, kau tak pernah berfikir bahwa kebersamaan kita dapat membuatku jatuh cinta
Dan di bawah sinar bulan yang semakin terang,
Di bawah kilau bintang yang memesona,
Aku membuka padamu segala rahasia,
Aku ... cinta

Kukeluarkan semua cahaya cintaku lebih, lebih, dan lebih terang—berharap supermoon pun dapat kukalahkan kilaunya,
   Agar kau mengerti pada rasa yang kuucap,
   Agar kau merasa tentang asa yang kuharap,
   Agar kau mengulurkan tangan menerima,

Meski pada satu sisi aku tahu,
   Bahwa hatimu mungkin masih tidak sepenuhnya akan aku
   Bahwa hatimu masih bertanya tentang nyatanya aku bagimu
   Bahwa hatimu mungkin setengah meragu

Bagiku, keberadaanmu tetap nyata meski begitu

Masih sesaat memandang langit dengan terpaku,
Masih sesaat mata kita kini tertuju pada sinar terang bulan malam itu,
Aku dan kamu pun perlahan merasa tahu
Bagaimana malam tak pernah bisa buat kita menyatu—kecuali dalam kalbu

Tahukah kau sejak itu rasa ini milikmu?
Hanya seorang—kamu
Tapi mengapa sulit bagiku untuk memilikimu?

Ada iri yang kudesah,
Iri pada supermoon di atas sana
Iri karena ia bisa menjadi milik semua—termasuk kamu

Malam ini malam di mana aku melukis bulan dengan kecupan,
Menghias bintang-gemintang impian,
Menghapus segala risau di sepanjang jalan

Hari ini, kemarin dan esok seakan berlalu,
Kau dan aku akan terus mencari dan mencari hingga bertemu

Barangkali, aku hanya penyair melarat yang begitu rindu mencium sekuntum mawar di keningmu
Barangkali, aku hanya pesakitan yang begitu berharap mendapat kebebasan pada senyummu

Tidakah kamu sadar?
Bahwa supermoon kini adalah saksi mata
Ketika kita pertama kali menjalin cinta
Ketika kita pertama kali merajut mimpi bersama

Semua tampak sirna dengan rembulan yang menusuk dada—hati ini tak akan pernah berpaling dari dirimu yang kusayang
Kau adalah belahan jiwa yang akan terus kurasakan seperti sinar bulan yang menerangi bumi—seperti kehadiranmu yang menerangi hati

— Tamara Sarlita, Aisyah, Riri, Adelitah, Dea Faustine, Dwi Surya Ananda, Gusti Andalan —

S_Zone || ExecutiveClub

Siluet Kata KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang