[3] WHITE PERINWINKLE

1.4K 123 5
                                    

"Menurutmu melupakan sebuah kenangan itu, bagaimana rasanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menurutmu melupakan sebuah kenangan itu, bagaimana rasanya?"







Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan pelan. Kudongakan kepalaku, menatap ranting-ranting pohon di atas sana dengan seksama. Menyenandungkan lagu favoritku  dengan penuh penghayatan. Sepertinya musim dingin akan berakhir. Salju-salju yang menumpuk di antara dahan-dahan, atap rumah juga aspal jalanan mulai mencair. Sinar matahari membuat suhu di udara mulai menghangat. Suasana kehidupan mulai terasa dan berwarna. Tidak putih, lebih berwarna karena musim semi sepertinya akan tiba. Dan ucapkan selamat tinggal pada musim dingin.

Musim semi, aku terkekeh geli dalam hati. Semua orang suka musim semi, aku tahu itu. Semuanya, kecuali aku—mungkin. Ya, hampir semua orang tidak tahu kalau sebenarnya aku tidak menyukai musim semi. Ah, tidak-tidak, aku bukannya membenci musim semi. Aku hanya tidak suka dengan spesies-spesies macam ulat bulu—misalnya, yang selalu berdomisili pada setiap bunga dan pohon. Terdengar konyol, memang. Selain itu, entahlah aku hanya tak begitu menyukai musim semi karena mungkin musim favoritku adalah musim dingin dimana salju putih turun—juga dimana aku bertemu denganmu untuk yang pertama kali diusiaku yang ke-tujuh tahun.

"Kenapa senyum-senyum sendiri, Byun Baek? Kau masih waras eh?"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Sama sekali tak terkejut ketika mendapati seseorang duduk di bangku taman tepat di sebelahku. Aku begitu mengenali orang itu, seulas senyum tersungging di wajahku.

"Kau mau cari masalah denganku, eh?" ujarku pura-pura kesal pada seseorang yang sudah menjadi sahabatku delapan tahun ini-Yoona. Gadis tomboy serampangan yang sialnya sebenarnya sangat cantik itu selalu seperti tidak pernah menyembunyikan rasa senangnya ketika bertemu dengan setiap orang yang dikenalnya. Ia tipikal gadis jadi-jadian dengan senyum menawan yang seolah membawa keceriaan bagi setiap orang.

"Wow tunggu, kau seperti gadis labil yang sedang PMS saja. Kenapa harus marah begitu" sahutnya kalem sambil membuka aplikasi ponsel pintarnya.

Aku tertawa renyah, "Aku senang bertemu denganmu hari ini!"

Yoona mengernyit "Hey, ada apa denganmu? Kau sakit? Atau salah minum obat hah? Moodmu cepat sekali berubah-ubah." ujarnya beruntun sembari meletakan telapak tangannya dikeningku. Sial, hanya dengan disentuh Yoona seperti ini saja sudah membuat jantungku berdegup cepat. Gawat. Aku mengalihkan pandanganku ke depan. Tepat memandang sekumpulan anak-anak yang bermain di taman kota sore itu. Menikmati setiap detik dengan penuh keheningan.

Aku mendesah pelan. Jujur saja, meskipun aku menyukai musim dingin namun aku sangat tidak tahan dengan hawa yang dingin. Musim semi memang sebentar lagi datang, tapi bukan berarti musim dingin telah benar-benar berakhir. Kesal karena rasa dingin yang secara perlahan merayap di sekujur tubuhku, kuangangkat kedua tanganku, meniupnya agar uap hangat dapat menjalar ke telapak tangan, setelah itu menggosoknya pelan. Kenapa tubuhku selalu seperti ini ketika menghadapi hawa dingin?

FLOWERS FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang