[55] JONQUIL

250 40 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku berharap wajah tersenyummu akan bersamaku sampai hari dimana aku tidur ke dalam keabadian. Berjanjilah untuk disini sampai waktunya tiba.- Im Yoona"




-JONQUIL-




Kulihat di nisan itu terukir, namamu, tanggal dimana kau di lahirkan 18 tahun lalu, dan tanggal dimana kau meninggalkanku sekarang, Yoona. Kilasan memori itu kembali terpanggil.

'KURANG AJAR! Kau sudah membunuh kakekku dan tanpa sepengetahuan istana kau berhasil melarikan diri. Sekarang kau melukai putri mahkota... dasar biadab! Akan ku balas kau!'

'Kenapa? Yang Mulia Kim Jongin. Kau marah sebab aku menembak istrimu? Bukankah kalian menikah hanya untuk kepentingan istana? Pernikahan politik yang penuh kepalsuan dan jangan lupa kakekmu saat itu sudah mengambil tahta dan gelar kehormatan yang seharusnya milikku, si tua bangka itu justru memberikannya pada ayahmu, tentu saja aku harus merebutnya kembali kan'? salah satunya dengan menghabisi pewarisnya'

Pria itu sangat gelap-memakai setelan yang serba hitam. Jongin tahu orang ini, pria yang sama yang mengambil nyawa kakeknya tujuh tahun yang lalu. Pria kejam yang masih mempunyai darah yang sama dengannya-keluarganya, meskipun ia tak sudi mengakuinya. Faktanya orang itu adalah kakak ayahnya yang diusir karena sifat buruknya. Orang dengan mata jahat dengan tatapannya yang menyipit menandakan ada nafsu membunuh yang sangat besar.

'Yoong, lebih baik kau segera pergi.' ujar Jongin pada gadis yang sedang meringis seraya memegang lengan kanannya.

'Tapi kondisimu sedang tidak sehat dan-' gadis itu hendak membantah.

'Dua sejoli yang sangat serasi-serasi untuk mati.'

'DOOR' satu lagi peluru ditujukan kepada keduanya,

'Maaf Yang Mulia, a-aku tidak bisa menepati janjiku.' terdengar suara seorang gadis yang sangat damai menyapa.

Rangkaian prosesi pemakaman ini telah sampai pada ujungnya. Semua orang pergi meninggalkan peristirahatannya termasuk para pengawal yang setia padaku. Aku masih terisak-dengan segera kuusap air mata yang membasahi pipi dan wajahku. Kuharap ini pertama dan terakhir kalinya aku menjadi selemah ini.

'Yoonaaa!' teriaknya sesak melihat keadaan istrinya yang tersenyum, tersungkur ke dalam pelukannya dengan bersimbah darah. Peluru yang barusan untuk kedua kalinya ditujukan padanya, namun Yoona menutupinya-menjadi tameng dengan berdiri di hadapan Jongin.

FLOWERS FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang