"Setiap kali mencintai seseorang, tanpa sadar kita saling menyakiti satu sama lain."
-WHITE CAMELIA-
Siapa yang tak akan menangis saat orang yang dicintainya selama ini pergi seenak jidatnya tanpa pemberitahuan, bahkan disaat perasaannya belum tersampaikan. Klise dan mainstream sekali jika ditutup dengan tangisan dari salah satu pihak. Tapi aku tak ingin hidupku berakhir seperti itu, ini bukanlah drama picisian. Ini kehidupanku dan aku tak ingin ada airmata yang terbuang sia-sia untuk orang yang mungkin tak pernah berpikir tentangku.
Berapa lama waktu telah berlalu sejak hari itu? Ah, mungkin sudah dua atau bahkan tiga tahun. Aku tak dapat mengingatnya dengan benar-tepatnya tak ingin mengingatnya. Jika kembali kewaktu beratus-bahkan beribu hari yang telah lalu, dimana semua berawal. Kau bukanlah orang baru dikehidupanku, kita tumbuh dan berkembang bersama. Saat itu, kau adalah teman sepermainanku yang merangkap sebagai saudara bahkan seperti ibu bagiku yang tak pernah merasakan pelukan hangat ibuku sendiri.
Beberapa hari semenjak kepindahan keluargamu yang tiba-tiba di tahun kedua sekolah menengah atas. Aku tak pernah tertarik untuk meninggalkan kamarku. Ayahku yang selalu sibuk dengan berbagai dokumen perusahaannya semakin jarang berada di rumah. Hanya ada bibi Jung yang merawat dan menemaniku sedari kecil. Sampai suatu hari, aku menemukan sesuatu yang membuatku tercekat, aku mengambil sebuah post it berwarna biru yang ditempelkan pada buket bunga kamelia putih yang telah layu di gazebo rumahku.
Tulisanmu terukir disana.
'Maaf telah merepotkanmu. Aku pergi.' hanya lima buah kata yang terasa ambigu.
Aku memang tak pernah bisa menebak isi kepala orang itu, namun sangat jelas dari memonya-ini artinya salam perpisahan. Dan kamelia putih, itu adalah bunga kesukaan mendiang ibuku karena bunga itu adalah bunga yang selalu ayah berikan setiap kali kami mengunjungi makamnya. Bunga itu berarti 'menunggu atau penantian', ayahku yang mengatakannya.
Apa maksudnya memberikan bunga itu padaku?
Orang itu, Xi luhan memintaku menunggu?
Menunggu untuk apa?
Aku benci ibuku yang pergi begitu cepat disaat aku masih sangat membutuhkannya,
Aku benci ayahku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya,
Dan aku juga benci Xi Luhan yang seenak jidatnya pergi meninggalkanku,
Tapi sekeras apapun aku mencoba membenci mereka semua, pada akhirnya aku tetap tak bisa mengelak bahwa rasa cintaku lebih besar ketimbang kebenciaan itu sendiri. Seandainya mereka tahu hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWERS FOR YOU
FanfictionAku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimpan rahasia pada tangkainya. Menimbun perasaan dalam semerbak aromanya. Karena itu semua hal yang tak sempat terucap, kusampaikan dengan bung...