"Kau tau? Hujan selalu mengingatkanku tentangmu. Kau yang baik hati, ramah dan sederhana."
-PEACH ROSE-
Pagi yang gelap. Langit terlihat pucat oleh awan hitam yang menyelimutinya. Membiarkan butir-butir air hujan jatuh ke aspal dingin di kota Seoul hari itu. Lelaki itu tersenyum tipis, matanya sibuk mengamati seseorang yang tengah tersenyum hangat pada benda elektronik di ruangannya.
"Noona, kau tak pernah berubah ya.." Gumamnya pelan masih dengan seulas senyum tipis yang tercipta.
'Sudah sepuluh tahun bukan? Apa kau masih mengingat hari itu?'
'Kau kedinginan, bukan?'
Sebuah suara mengalun lembut bersamaan dengan uluran tangan seseorang. Seseorang yang tak dikenalnya mengulurkan mantel coklatnya yang tampak hangat disaat hujan turun dengan deras, memandangnya dengan teduh.
'Ambilah kau tampak menggigil daritadi, aku bukan orang jahat adik kecil. Aku sama sepertimu, sedang menunggu jemputan orang rumah.'
Ia, gadis itu tersenyum tulus lalu memakaikan mantel hangat itu di tubuh kecil disampingnya.
'Terima kasih.' Cicit lelaki kecil disampingnya.
'Wah! Kau lucu sekali. Siapa namamu dan kau kelas berapa?'
'Aku Gongchan, kelas lima'
'Begitu ya, jadi kau panggil aku noona ya. Aku kelas delapan.'
'Iya noona, tapi apa kau tak kedinginan?'
Bocah lelaki itu bertanya dengan polos.
'Tidak, aku tak kedinginan. Tubuhku sangat kuat dan aku tidak bisa merasakan dingin.'
Bohong. Gadis usia belasan itu jelas berbohong. Bahkan ia bicara dengan menahan gemetar akibat rendahnya suhu saat itu.
-PEACH ROSE-
Lelaki itu, Gongchan berhenti di sebuah toko bunga bergaya Eropa. Disini adalah toko bunga yang bisa dikatakan yang terbesar di Seoul dengan berbagai macam jenis bunga yang tertata sedemikian rupa. Ia berjalan dideretan depan dimana tersusun rapi bunga Edelweis. Dan dibelakangnya, barulah tersusun bunga-bunga yang lain. Dipinggir toko terpajang beberapa karangan bunga dengan dekorasi yang macam-macam.
Gongchan meraba deretan Edelweis di barisan terdepan dan menemukan secarik kertas kecil. Edelweis berarti Immortality atau Keabadian. Ia tersenyum kecil dan segera menyingkirkan tangannya dari deretan Edelweis itu dan mencari-cari 'bunga itu' dengan kedua iris matanya. Kemudian seorang wanita paruh baya muncul dari belakang toko dan tersenyum ramah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWERS FOR YOU
FanfictionAku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimpan rahasia pada tangkainya. Menimbun perasaan dalam semerbak aromanya. Karena itu semua hal yang tak sempat terucap, kusampaikan dengan bung...