"Tak perlu semua orang tahu bahwa cinta mereka akan abadi. Cukup dengan sekuntum Edelweiss yang tahu bahwa cinta mereka takkan pernah mati."
Edelweis. Bunga ini juga dapat dinamakan sebagai bunga abadi. Bunga langka yang tumbuh di dataran tinggi..
Di malam itu, langit dipenuhi akan bintang-bintang. Terlihat dua sosok, seorang lelaki dan perempuan sedang duduk berdua di tepi tebing yang menjulang tinggi. Mereka menatap langit malam yang megah. Suasana di kedua belah pihak hening, hingga...
"Ehm apa kita..." si lelaki sambil menatap perempuan yang ada di sebelahnya. Sementara si perempuan masih fokus menatap langit, ia hanya bergumam 'Hn' untuk menjawab panggilannya.
"Ada apa—"
"Ini!" si lelaki memberinya setangkai edelweiss, "Berjanjilah kita akan bersama sampai akhir!"
Di tebing ini, tempatnya 'mereka' biasa menyejukan hati...
Menyejukan hati atas satu masalah di hidupnya yang tak kunjung usai...
Kesepian...
Perempuan itu mendekap kedua lututnya.
Namun, entah kenapa serasa ada yang kurang...
Sejak kepergiannya..
Suara ketukan di jendelanya membuat tidur Luhan terganggu. Matanya melirik jam di depannya lalu menghela napas kesal. Ah, siapa yang mengganggunya dini hari begini? Dengan wajah kusut ia bangkit dari ranjangnya dan menyibak tirai dengan kasar. Hampir saja mulutnya ingin memaki, namun makiannya ia telan bulat-bulat. Sosok seorang gadis dengan gaun tradisionalnya menyapa penglihatannya, tak lupa sekuntum Edelweiss tergenggam manis di tangan sang gadis yang seperti dewi itu.
"K-kau!" Luhan terlonjak, membuka jendela dengan tak sabar, lalu tanpa sadar mencoba menggapai hangat tubuh si gadis.
"Senang melihatmu dalam keadaan sehat, Luhan-ah."
Gadis itu tersenyum lembut. Sementara Luhan merasakan jantungnya berdebar kencang.
"K-kau.. bukankah kau gadis yang selalu menangis di tebing itu? Ah, tidak kau yang selalu muncul dalam mimpiku!" Luhan menjambak rambutnya, "Aku pasti gila! Ya Tuhan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOWERS FOR YOU
Fiksi PenggemarAku kembali dengan bunga-bunga di tanganku❁|❁"Setiap bunga menyimpan makna tersirat dalam kelopaknya. Menyimpan rahasia pada tangkainya. Menimbun perasaan dalam semerbak aromanya. Karena itu semua hal yang tak sempat terucap, kusampaikan dengan bung...