[64] PANSY

342 39 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa perasaan manusia dapat mudah berubah?"






Di sore itu aku dan dirimu menyempatkan diri untuk singgah pada sebuah kedai ramyun langganan kita setelah mengerjakan tugas sejarah dunia di perpustakaan kota yang tidak begitu ramai.

Masih kuingat juga, dulu saat aku terus memandangimu yang sedang memakan semangkok ramyun dalam diam. Kau tampak tak terusik dengan pertengkaran sepasang kekasih yang berdebat entah tentang apa.

Sesekali kudengar gumamanmu mengenai hal-hal diluar penalaran manusia, kata-kata konyol seperti demi celana dalam Newton! Apa maksud dari teorimu yang ini? Aku bahkan merasa kau juga perlu datang mengunjungi psikiater.

Entahlah terkadang aku sedikit bingung dengan diriku. Menurut Hongbin, aku tipikal orang yang dingin, pendiam, tertutup, dan tanpa ekspresi. Namun, yang membingungkan bagaimana saat bersamanya justru aku yang berubah seratus delapan puluh derajat.

Gadis itu memang tipe yang sulit tertebak. Dari luar ia keliahatan dingin dan tidak tersentuh. Tapi, beberapa tahun belakangan aku jadi sadar bahwa ia hanya membatasi dirinya dengan orang tertentu karena suatu alasan yang tidak pernah kuketahui. Meskipun begitu ia baik dan sangat berharga untukku.

Kemudian pandanganku kembali kualihkan padanya. Untuk beberapa saat aku sempat mengacuhkan eksistensinya berkat pemikiran atau khayalan yang sempat berada dalam angan-angan.

Kau masih tetap sama, tak terlalu peduli akan aku yang tak henti tersenyum memandangi wajah jelitamu itu. Kau mengambil minuman yang ada di sebelah kananmu. Meminumnya dengan tenang.

"Kau sudah selesai?" Tanyaku padamu.

"Hm." Jawabmu sangat singkat.

"Kau ingin pergi kemana lagi setelah ini?" tanyaku lagi begitu kami berjalan keluar.

"Aku hanya ingin pulang saja." balasmu yang berjalan mendahuluiku.

Kau memang selalu begitu, bahkan sudah sepuluh tahun aku mengenalmu. Tapi bagiku, aku hanya tahu sekedar namamu dan beberapa hal-hal tak penting lainnya. Kau seperti tak terdeteksi dan seolah selalu membatasi dirimu dari lingkungan luar.

Kau selalu membangun tembok yang menjadi pemisah di antara kita, kau tak pernah membiarkanku untuk menjangkaumu. Bahkan meski kita selalu bersama. Itulah dirimu, Im Yoona.

Gadis bermarga Im yang menjadi kekasihku, lima tahun belakangan ini. Mungkin kau lupa akan label kita sebagai pasangan. Tapi, sejak awal kau memang tidak pernah menjanjikan sesuatu yang lebih dari ini. Akulah yang meminta atau katakan saja memaksamu. Dan inilah kisah kita.

FLOWERS FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang