Chapter 4 - He Helped Me

1.2K 142 13
                                    


Aku mempercepat langkahku masuk melakui gerbang sekolah. Rambutku yang aku kuncir tinggi ke atas mengayun-ayun seiring dengan tempo langkah kakiku. Aku berlari-lari bukan karna terlambat sekolah, tapi baru aku hendak memasuki gerbang sekolah aku melihat punggung seseorang yang sangat aku kenali dan sangat aku rindukan. Lelaki itu memasuki gedung sekolah dan aku mengejarnya, berniat menyamakan langkah kami sehingga bisa berjalan beriringan. Aku tidak bisa menahan rinduku pada namja yang membuatku jatuh cinta pada dirinya ini. Aku mengambil seribu langkah untuk menyamai langkah kakinya yang lebar.

"Kim Jongdae!" panggilku berharap ia berhenti dan menungguku.

Jongdae menoleh ke belakang, namun ia melanjutkan langkahnya ketika mendapati aku sedang berlarian mengejar dirinya. Sebenarnya aku kecewa tapi aku harus tetap mengejarnya dan mencoba berbicara padanya. Dia masih saja mengacuhkanku setelah seminggu hubungan kami putus. Bukankah kemarin dia bilang mari berteman? Tapi kenapa dia menghindari aku? Aku paham kalau aku mengusik dirinya, tapi kenapa dia tidak pahami aku yang selalu lebih terusik karena terus kepikiran dirinya?

"Jongdae, tunggu." aku menarik lengannya, Jongdae berbalik dan menatapku datar.

"Kenapa kau terus menjauhi aku?" tanya ku dengan nada kesal.

Jongdae diam, ia mendengus kesal seraya merogoh saku celananya dan mengambil telpon genggamnya, dia membuka layar hp nya dan menampakkannya padaku.

"Ini kau kan?" tanyanya dingin ketika menunjukkan sebuah foto diriku tengah menjambak rambut seorang yeoja.

Mataku melotot melihatnya. Dari mana Jongdae dapat foto seperti itu "Jongdae, dengarkan aku, itu tidak seperti yang kau pikirkan!"

"Jadi seperti yang dipikirkan siapa?" Jongdae memutar bola matanya tak percaya pada tingkahku yang menjambak rambut seorang wanita yang Jongdae kenal. "Aku sudah bilang dia temanku, kenapa kau mengusiknya?" tanya Jongdae yang mulai geram.

"Kau tidak tau kejadiannya saat itu Jongdae!" aku ikut geram padanya yang terus mengoceh seolah aku yang salah padahal dia tidak tau sebenarnya.

Memang benar di foto itu aku sedang menarik rambut wanita tapi tepat setelah dia menghinaku. Dia mengatakan hal yang tidak pantas dikatakan kepada seorang wanita cantik sepertiku. Namun sepertinya percuma aku mengatakannya pada Jongdae, dia pasti tak kan percaya betapa kasarnya perempuan itu. Waktu itu perempuan itu terus menuduhku sengaja melakukan operasi plastik untuk mendapatkan wajah cantik ini, tentunya untuk memikat Jongdae, operasi pantatmu?! Aku jadi geram melihatnya, rasanya ingin merobek mulutnya yang lancang itu. Lalu sifat alamiahku muncul begitu aku melihat rambutnya yang tergerai panjang, sangat menyenangkan bila aku menjambaknya sebagai balasan dari kata-katanya yang tidak sopan.

"Aku tau Ha Young, kau menjambak temanku." katanya dengan nada yang agak tinggi.

"Tapi aku belum menjelaskannya, Jongdae." aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ia harus tau aku serius dan merasa terbebani dengan sikapnya yang begini padaku.

Aku berharap Jongdae percaya padaku, dia akan membujukku untuk tidak menangis dan meluangkan waktu untuk aku menjelaskannya. Tapi lelaki keras kepala ini menganggap semua sudah jelas. Ia bahkan mengataiku kalau aku akan melebih-lebihkan cerita untuk membela diri bahkan ketika aku belum menyebut satu katapun ia sudah mencibirku begitu.

Well, sudah cukup. Aku merasa seperti orang bodoh sekarang. Sekuat apapun aku membela diri toh Jongdae tertapi bersikukuh aku yang salah. Dia tak mau percaya padaku, bukan, bahkan sekedar mendengar penjelasanku saja dia tak mau. Jongdae mengucapkan kesalahanku dengan nada tinggi di depan teman-teman sekolahku. Apa dia sengaja? Dia mengucapkan bagian terburuk padahal dia tidak tau apa-apa, orang-orang memandangku sebagai gadis yang jahat. Ini sudah cukup membuatku naik pitam, kalau tidak dihentikan sekarang bisa-bisa Jongdae menjadi sasaranku selanjutnya untuk ku jambak rambutnya.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang