Aku tahu kalau aku dan Chanyeol bisa dikatakan teman yang tidak berteman. Apa lagi setiap bertemu kadang bisa memicu tensi darahku naik karena ulahnya. Tapi kupikir sebagai dua insan yang saling mengenal, setidaknya dia harus menegurku atau melakukan saja hal yang biasa dia lakukan -menjailiku. Bukannya malah mengabaikanku seperti ini.
Tidak bisa aku biarkan saja, jika ada yang salah, aku harus tahu apa itu.
Aku tidak diam saja. Kakiku memaksa berjalan dengan cepat, lidahku meneriakkan namanya ketika mata ini berhasil menangkap bayangan punggungnya.
"Chanyeol-ah!" teriakku dan terus melangkah mendekatinya.
Chanyeol berhenti dan menoleh tanpa membalikkan badannya. Aku menghampirinya, berdiri tepat di depannya. Kuperhatikan dengan serius mimik wajahnya, berusaha kutemui sendiri apa masalahnya.
Tapi kosong, aku tidak menemukan apa-apa. Aku tidak bisa mengerti apa artinya ekspresi tanpa makna itu. Seperti aku tidak melihat Chanyeol yang biasanya.
"Kau mau ke mana?" pertanyaan itu berhasil luput dari mulutku sendiri.
"Toilet." Balasnya sembari mengakat dagunya menunjuk arah toilet pria. "Kenapa?"
Otakku berputar cepat setelah menerima pertanyaannya. Aku jadi bingung harus menjawab apa. Tadinya aku hanya penasaran dengan sikapnya yang tiba-tiba mengabaikanku, tapi entah kenapa aku sama sekali tidak bisa bertanya tentang rasa penasaranku itu.
"Ah, anu... hanya ..." manikku menatap lantai, aku menggigit bibir bawahku selagi berpikir jawaban yang tepat. Sebenarnya ini bukan acara tebak kuis atau sebagainya, tapi jujur aku ini sulit.
"Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan aku pergi." Ujarnya kemudian.
Aku mendongak kaget. Apa benar ini Chanyeol yang kukenal?
"Anni, sebentar," aku menahan lengannya. "Tunggu,"
Chanyeol berhenti, tapi perlahan dia menarik tangannya dari cengkramanku seakan tidak sudi kalau aku menyentuhnya walaupun sedetik. Well, tidak apa, biasanya kami juga jarang terlibat kontak fisik. Aku memakluminya.
Kulihat matanya bergerak memperhatikan aku, tepatnya beberapa noda di seragam sekolahku, tapi tidak berniat mengatakan apapun padaku. Oh ayolah, bukankah Chanyeol yang biasanya pasti akan menghinaku kalau melihatku memalukan seperti ini?
"Aku baik-baik saja, kok." kataku cepat. Kalau dia tidak bisa betanya maka aku akan langsung menjawabnya.
"Memang memalukan, tapi semuanya pasti akan berlalu. Jadi aku baik-baik saja." tegasku sekali lagi."Apa aku bertanya tentang itu?"
"Eh?"
Chanyeol memiringkan kepalanya sedikit.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan padaku?"Pertanyaannya barusan sukses membuat keningku berkerut. Sebenarnya setan apa yang tengah merasukinya saat ini?
"Noe wae irae?" aku mengubah nada bicaraku. "Kau tadi sudah melihatku tapi tidak menegurku dan pergi begitu saja. Kenapa?"
"Bukankah selama memang seperti itu?" jawabnya enteng.
"Tidak, kau biasanya mengusikku, Chanyeol. Kau mengejekku, menonyor kepalaku atas sebagainya."
"Oh itu." Chanyeol mengangguk pelan dua kali. "Aku sudah bosan."
Seketika napasku tercekat. Hanya dengan satu kata 'bosan' itu suara ku memelan, aku tidak punya kepercayaan diri lagi.
"Mwo? Apa.. maksudmu?"Chanyeol bersedekap.
"Kau bodoh ya? Aku bilang aku sudah bosan denganmu. Tidak mengerti juga?"
Well, memang ini yang biasa Chanyeol lakukan. Mengataiku bodoh seolah dia orang paling pintar di dunia. Tapi bukan seperti ini caranya, bukan pula seperti ini rasanya. Untuk kali ini entah kenapa dadaku menjadi sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Damn!) Curse?!
FanfictionApa jadinya wanita cantik nan populer terkena kutukan sejak usianya 15 tahun? Semua berawal saat lelaki aneh teman satu sekolah Ha Young mendatangi acara ulang tahunnya. Namun tidak disangka lelaki itu datang membawa kutukan untuk Ha Young dan kemud...