Chapter 13 - Draw Away

1K 112 8
                                    

Sesuatu yang lembut dan juga hangat menggenggam pergelangan tanganku. Tidak hanya menggenggam, dia menariknya namun tetap dengan cara halus agar aku tidak tersakiti. Aku menoleh, tangan kekar itu memegang tanganku seakan tidak berniat untuk melepasnya, erat sekali. Aku mendongak, memperhatikan wajah pemilik tangan itu dalam remang-remang cahaya. Penglihatanku agak buram akibat genangan air di pelupuk mataku, aku mengerjap dan membiarkan cairan itu mengalir di pipiku. Barulah aku bisa memfokuskan mataku pada wajahnya, aku bisa menangkap bayangannya. Dia lagi.

"Ayo kita pulang."

Aku diam dan mencoba melepaskan pergelangan tanganku dari genggamannya. Tanpa bersusah payah, dia membiarkan tanganku lolos dari cengkramannya begitu saja. Aku tau dia mengerti saat ini aku benar-benar rapuh, tapi dia tidak mau meninggalkan aku sendirian.

"Pergilah." usirku dengan suara serak.

"Aku bilang ayo kita pulang." balasnya sembari menarik tanganku lagi.

Aku berdiri, menatapnya dengan tatapan marah. Irisnya lemah, kenapa dia? Merasa bersalah?

"Aku bilang pergilah! Pergilah dari hadapanku!"

Aku memberontak sampai genggaman itu terlepas lagi, suasana hening sejenak, bukan berati dia sudah menyerah. Namja itu kembali menarik tanganku dan saat itu aku mendengar suara detak jantung. Jelas sekali di masuk ke gendang telingaku. Telinga kananku menempel tepat di dada kirinya. Tangan kekar miliknya melingkar di punggungku. Kau tau, dia menarikku kedalam rengkuhannya. Aku merasakan deruh napasnya pada puncak kepalaku. Dia memelukku.

Sesaat, aku merasakan kalau aku tidak menginjak tanah lagi, aku seperti terbawa hanyut oleh air berarus tenang, sejuk dan damai, namun tetap saja bila aku hanya diam aku bisa saja tenggelam ke dasar, aku harus naik ke permukaan agar bisa bernapas untuk bertahan hidup.

Aku mendorong kuat dadanya dan menjauhkan diriku darinya. Aku seperti sedang terancam saat ini, dia seperti seorang penjahat. Kenapa dia bertingkah berlebihan seperti itu pada orang yang belum dia kenal?

"Yak! Apa yang kau lakukan?!" pekikku.

Wajahnya terkejut ketika aku memekik seperti sedang ketakutan. Mendadak dia menjadi salah tingkah. Bola matanya bergerak ke atas dan ke samping, ia sedang tampak memikirkan alasannya. Meskipun aku bukanlah seorang psikolog, namun aku bisa mengetahuinya, kentara sekali dari mimik wajahnya itu kalau dia juga tak menyangka atas perbuatannya barusan.

"Ah, a-aku minta maaf karena sudah lancang. Aku hanya-"

"Kubilang pergilah! Lalu kenapa kau masih mengusikku, huh?"

"Yixing." tegur seseorang tiba-tiba dari arah belakangku. Aku menoleh padanya yang sedang menatapku dan namja yang ia panggil Yixing ini dengan tatapan serius. Astaga, kenapa wajahnya tiba-tiba berubah seperti monster yang hendak memakan kami hidup-hidup?

"Ada apa denganmu?" tanyanya sambil menoyor bahu kiri namja di hadapanku ini.

Aku tidak tau apa permasalahan mereka berdua, aku juga tidak peduli mengenai urusan mereka, tapi kenapa mereka dengan gampangnya masuk ke kehidupanku yang kelam ini? Sial memang!

Keningnya mengkerut, ia kebingungan. "Kenapa?"

"Apa hubunganmu dengan dia?" tanyanya seraya melirik kearahku.

Tatapannya berubah dingin, tidak seperti biasanya yang bisa membuat hati siapa saja panas hanya dengan melihat iris matanya itu. Kali ini berbeda, matanya seperti sebongkah es yang sebentar lagi akan runtuh.

Yixing, namja itu terdiam sejenak. Keningnya sedikit berkerut dan kepalanya agak dia miringkan. "Oh ayolah, Chanyeol. Kau tau sifatku yang tidak tegaan melihat perempuan menangis sendirian, kan?"

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang