Chapter 18 - Only Today

696 77 7
                                    


Orang-orang mendorong kursinya ke belakang sambil berdiri. Menyandang tas kecil atau ranselnya kemudian berlalu meninggalkan aula hotel. Finally, aku menyaksikan pertunjukan musik yang membosankan ini sampai akhir.

Semenjak si Taesapi -sebutanku untuknya- menunjukku dari atas panggung, aku sama sekali tidak bisa berkutik. Entah aku harus bersikap sok cantik atau harus sok polos, yang pasti aku merasa tidak percaya diri untuk menampakkan wajahku ke orang-orang.

Aku merasa serba salah. Kalau memilih untuk kabur saat Taehyung selesai bernyanyi kan malah terkesan membenarkan pernyataannya. 'Wanita spesial yang sudah menanti penampilanku malam ini.' seolah-olah aku sengaja datang untuk melihatnya saja. Cuih, dan lagi memangnya siapa wanita dia? Menunjukku tanpa berpikir panjang, jadi dia mencoba mempermainkan aku?

"Hm, Hayoung, di sini sudah sepi dari tadi. Jadi,, kapan kita pulangnya?" tanya MinAh menyadarkanku ke dunia nyata. Suaranya terdengar sangat hati-hati. Itu artinya MinAh sedang takut mengusikku. Ah aku tau, pasti wajahku sekarang sangat menegangkan, bukan?

Aku melonggarkan wajahku se-relax mungkin. "Ya ampun, mian, MinAh. Aku terlalu terbawa suasana gara-gara si Taesapi." suaraku meninggi saat menyebut namanya.

"Heh, Tae...sapi?" ulang MinAh kebingungan.

Aku juga kebingungan untuk menjelaskannya bagaimana. Lebih tepatnya aku malas untuk membahasnya lagi.
"Ah sudahlah, ayo kita pulang saja." ajakku sambil menarik tangan MinAh.

MinAh menurutiku, sampai di tengah perjalanan aku dengar dia menggumam,
"Hm, Hayoung, ini,, yang tadi itu..." aku menghentikan langkahku. Aku baru sadar selama pertunjukkan musik berlangsung MinAh tidak sama sekali mengungkit tentang kejadian tadi. Bahkan sampai sekarang dia masih berhati-hati berbicara denganku. Padahalkan MinAh orangnya sangat cablak. Semenakutkan itu kah aku?

"Tidak apa-apa kok. Dia itu orang sinting." jawabku sambil tersenyum. Well, pasti senyum yang terlihat menakutkan. Harusnya aku tidak perlu tersenyum kalau aku tidak bisa tersenyum ramah saat situasi seperti ini.

"He..he..he. Baiklah, lupakan saja. Ayo kita pulang." sekarang MinAh menggandeng tanganku. Akhirnya ketegangannya memudar.

Aku dan MinAh melangkah bersama-sama sambil sesekali tertawa dengan lelucon MinAh. Dia memang suka sekali bertingkah humoris. Memang MinAh adalah moodboster bagiku.

"Cerita kan lagi soal Yoona!"

"Kau suka sekali mengejeknya ya?" tuduh MinAh. Sebenarnya bukan mengejek, hanya saja aku suka mengenang kejadian lucu saat lipstiknya menempel di giginya, itu lucu sekali.

"Ayo ceritakan lagi.." rengekku sambil menggayut-gayut di lengan MinAh.

MinAh terkekeh geli."Jadi waktu dia-"

"Oi. Oi." suara seseorang barusan memotong pembicaraan  aku dan MinAh.  Seperti layaknya sihir, tiba-tiba kami berhenti dan menoleh ke belakang -sumber suara-.

Aku melihat seorang namja yang sedang menyandar pada tiang pondasi bundar di lobby hotel. Sambil mengantongi kedua tangannya di saku celananya. Kaki kanan dia silangkan di depan kaki kirinya, sambil mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Mwoya, dia pikir sekarang dia sedang shoot foto model?

"MWO?!" sahutku ketus. Dari jutaan orang di dunia ini, kenapa harus bertemu dengan dia lagi?

Dia menyeringai. "Oi, keep calm, baby." katanya sambil mengayun-ayunkan tangannya keatas-kebawah.

Bab..baby? Huahh, hanya mendengarnya saja membuatku muak.

Aku menyisir sebagian rambut depanku ke belakang. Lalu menatap namja itu sambil berkacak pinggang. Rasanya saat ini aku ingin mengucapkan kata kasar padanya sebelum aku menyesal tidak melakukannya sama sekali.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang