Chapter 21 - Crazy

416 78 8
                                    


Tepat sedetik setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi, aku bergegas memasukkan barang-barangku asalan ke dalam tas sekolahku. Tidak peduli bukuku akan remuk atau robek sekalian, aku tidak punya waktu untuk merapikannya karena sebentar lagi namja itu akan pulang sekolah. Dengan cepat aku menyandang tasku lalu segera keluar dari kelas. MinAh yang duduk disebelahku pun juga ikut terburu-buru membenahi barangnya untuk menyusulku yang sudah lebih dulu keluar kelas.

"Hayoung, tunggu aku. Kau mau ke mana buru-buru sekali?" teriak MinAh yang berusaha mensejajarkan langkahnya dengan langkahku.

"Aku harus bertemu Jongin hari ini juga." jawabku sambil melebarkan langkah kakiku.

Tiba-tiba MinAh menarik lenganku sampai aku terhenti.
"Apa? Bertemu Jongin? Untuk apa?" tanyanya sambil alisnya bertaut.

"Apa lagi kalau bukan soal kutukan itu, MinAh."

MinAh menghela napasnya sejenak.
"Hayoung, awalnya aku tidak percaya dengan kutukan itu, lalu lambat laut aku sempat memikirkan kebenarannya juga, tapi kali ini aku benar-benar tidak percaya dengan hal semacam itu."

MinAh memegang kedua tanganku.
"Tidak akan ada yang berubah, Hayoung." lanjutnya.

"MinAh, apa maksudmu? Kau senang kejadian seperti kemarin terulang terus padaku, huh?" sergapku pada MinAh.

MinAh menagkupkan kedua tangan pada wajahnya. Aku bisa melihat MinAh tampak frustasi dengan tuduhanku barusan. Dia sahabatku, memang tidak sepatutnya aku menuduhnya seperti itu. Tapi mohon maaf kalau kali ini aku lebih mengikuti egoku sementara hatiku sedang patah.

"Hayoung, bukan begitu maksudku. Jongin tidak bisa merubah apapun, dia hanya manusia biasa. Dia bukan dukun yang bisa mengutuk dan menghentikan kutukan atau apalah. Berpikirlah lebih realistis, Hayoung!"

"Ini yang terakhir, MinAh." kataku tidak membalas perkataannya.

Aku mengepalkan tanganku erat-erat.
"Aku ingin membuktikannya sendiri."
Sambungku lalu melanjutkan langkahku yang sempat terhenti karna MinAh.

Kakiku bergerak dengan cepat menuruni anak tangga. Aku ingin segera menemui Jongin. Aku harus menyelesaikan urusan dengannya hari ini juga. Bukannya sudah kubilang sebenarnya urusanku dengan Jongin belum selesai, malahan sekarang semakin bertamah rumit. Perkara itu sangat mengganggu pikiranku setiap kali aku bernapas. Jadi kuharap aku bisa bernapas lega setelah ini.

•••

Saat aku keluar dari pintu gerbang, rasanya sama seperti yang kemarin-kemarin. Kulihat Kim Taehyung sedang bersandar pada sisi samping mobilnya sambil menatap layar ponselnya.

Aku tidak tahu ada urusan apa lagi dia datang ke sini. Kupikir dia datang untuk menemuiku. Baguslah, kebetulan aku perlu berbicara dengannya sebentar. Mengenai kejadian kemarin, memang seharusnya tidak semudah itu menyudahinya. Sebagai lelaki dia harus meluruskannya lagi dengan kepala yang dingin, meskipun resikonya berdampak pada diriku sendiri.

Setelah pikiranku bulat, dengan mantap aku langkahkan kakiku menghampiri Taehyung. Tapi baru 3 kali aku melangkah tiba-tiba kurasakan seseorang sengaja menabrak bahu kiriku dari arah belakang dengan cukup keras sampai aku terjatuh tepat dua meter di depan Taehyung.

Taehyung menoleh ke arahku. Dia hanya memandangku dengan tatapan datarnya dan tetap bergeming pada posisi awalnya. Dia sama sekali tidak berniat bergerak untuk membantuku berdiri. Malahan dia mengalihkan tatapannya pada yeoja dengan surai coklat yang sedang tegak di depanku ini.

"Ups, sorry. Aku tidak sengaja." ujarnya sembari berakting seolah dia terkejut melihatku jatuh.

Aku mendongak pada yeoja itu. Jihyo! Yang jadi pertanyaanku bagian mana yang tidak sengaja? Jelas-jelas dia menabrakku sampai terjatuh, apa itu bisa dikatakan tidak sengaja?!

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang