Masih terngiang di otakku tentang kejadian tadi malam, insiden di mana aku hampir dilecehkan. Aku sebagai perempuan yang masih suci rasanya hatiku terkoyak-koyak. Aku lihat jam di atas nakas, pukul 01.49 a.m sampai sekarang aku masih terjaga. Bagaimana bisa aku tidur tenang setelah kejadian itu? Sesampainya aku di rumah bersama Chanyeol yang mengantarku, aku langsung masuk kamar dan meringkuk di atas ranjang.
Bayang-bayang Minseok sunbae ketika ia berlari ketakutan dan meninggalkan aku sendirian terekam jelas oleh mata kepalaku sendiri. Bagaimana pria brengsek itu menyentuhku aku bisa mengingatnya dengan jelas. Rasanya tubuhku sudah mati rasa, lemas sekali. Mataku sampai bengkak saking lamanya aku menangis.
Aku kecewa dengan Minseok sunbae, tapi aku mencoba memahaminya. Aku mencoba mengertinya. Jika aku mereka ulang apa yang Chanyeol katakan, aku merasa sangat bodoh tidak tau itu.
Chanyeol menceritakan rahasia padaku mengenai Minseok sunbae, suatu trauma yang ia alami sejak praremaja.
"Bodoh. Kenapa kau pergi ketempat sepi begini sendirian?" tanya Chanyeol seraya melempar tatapannya padaku.
"Aku tidak sendiri,"
"Lalu ke mana temanmu?"
"Aku bersama pacarku."
Chanyeol menghela nafasnya."Baiklah, jadi ke mana pacarmu?"
"Dia lari meninggalkanku sendirian, aku kecewa dengannya, dia tega melakukan itu, katanya dia ingin mencari pertolongan, tapi sampai sekarang dia belum juga kembali. Coba saja kalau kau tidak datang, mungkin aku sudah mengenaskan sekarang. Dasar lelaki pengecut!" hinaku pada Minseok sunbae. Aku benar kan?
"Eih, kau harus tau sesuatu," Chanyeol mengintrupsiku.
Aku diam sebentar. "Apa?"
"Dulu ketika SMP, Minseok sunbae pernah dikeroyok oleh preman yang memalak uang jajannya. Dia bahkan babak belur karna dia mencoba melawan, aku yang kebetulan lewat berteriak minta tolong agar preman itu berhenti dan kabur, lalu aku membawa Minseok ke rumahnya. Setelah kejadian itu kami mulai dekat dan Minseok mengaku dia trauma dengan preman. Harusnya kau tau itu." jelas Chanyeol yang membuatku tertegun.
Setelah itu aku jadi marah pada diriku sendiri, kenapa aku tidak memikirkan dari sisi Minseok sunbae? Padahalkan aku pacarnya. Harusnya aku mengerti, setidaknya aku harus tau.
Aku merutuki diriku sendiri karna menghina, mencaci sampai menyumpahi Minseok sunbae tanpa tau tentang dirinya. Tapi tetap saja aku kecewa padanya, setidaknya dia berkorban untuk menyelamatkan aku, begitu saja aku sudah cukup bangga padanya.
Ya ampun, kepalaku pening karna pikiran bercabang yang belum ditemukan titik terangnya. Asal kau tau, meskipun aku kecewa, jauh di lubuh hatiku aku tak mau kehilangan dia, tidak akan pernah mau.
Sampai pukul 05.57 a.m aku masih tetap terjaga. Tanggung bagiku untuk tidur, hari ini aku tetap harus sekolah. Aku menuruni kakiku dari atas ranjang, duduk seraya menghirup udara dalam-dalam, aku ulangin beberapa kali berharap pasokan oksigen di otakku kembali normal agar aku bisa berpikir jernih.
Aku berjalan gontai menuju kamar mandi di bagian selatan kamarku. Mengusap wajahku dengan air keran, meski dingin harus ku tahan agar bengkak di mataku mengempis. Kemudian aku memutuskan untuk sarapan, mandi dan pergi sekolah. Sengaja aku pergi lebih pagi supaya aku bisa buru-buru masuk kelas agar teman-teman tidak melihat keadaanku yang menyedihkan ini. Aku benci dengan mata bengkakku ini, dia membuat bentuk wajahku jadi aneh.
Di halte bus aku tidak menemukan satupun anak sekolah. Pikir saja, ini masih pukul 06.44, mana ada anak sekolah yang berangkat sepagi ini. Kecuali dia bermasalah sepertiku, atau memang dia anak yang rajin.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Damn!) Curse?!
FanfictionApa jadinya wanita cantik nan populer terkena kutukan sejak usianya 15 tahun? Semua berawal saat lelaki aneh teman satu sekolah Ha Young mendatangi acara ulang tahunnya. Namun tidak disangka lelaki itu datang membawa kutukan untuk Ha Young dan kemud...