Chapter 27 - Fall Apart

517 66 4
                                    


Akhir pekan ini aku tidak punya rencana apapun. Bahkan saat jam sudah menunjukkan pukul 1 siang aku enggan beranjak dari ranjangku. Bukannya tidak mau bersemangat, tapi entah sejak kapan dimulai, perasaanku terus gelisah. Hingga berkali-kali aku membalik-balikkan badanku di atas kasur, masih saja rasa aneh itu menggangguku.

Cerita klise si anak muda, tentang cinta. Namun kali ini bukan tentang cinta yang bersemi, tapi tentang seorang gadis yang takut jatuh cinta. Aku mengerti sekarang, rasa takut akan jatuh cinta yang sudah diketahui pada akhirnya akan tersakiti lagi, pasti itu yang mengganggu pikiranku saat ini.

Iya begitulah, mendadak aku kepikiran dengan permintaan Jongdae kemarin. Tidak sebaiknya aku menggantung jawabanku terlalu lama, karena justru itu menjadi beban bagiku. Bagus kalau aku bisa segera memberi jawaban kepada Jongdae, tapi tentu tidak baik juga kalau terlalu cepat mengambil keputusan.

Terlepas aku masih menyukainya atau tidak, kalau aku terlalu takut untuk menjalin hubungan yang pada akhirnya akan kandas lagi, maka jalan satu-satunya hanyalah menghindarinya.

Dan kutukan itu. Kutukan itu juga yang membuat aku tidak berhenti gelisah. Aku merasa menjadi gadi yang labil, kadang aku menganggapnya masa bodoh, kadang aku merasa frustasi sangking percaya dengan hal konyol itu.

Tapi kali ini, rasanya aku ingin menemui Jongin sekali lagi. Menyakinkannya untuk melepaskan kutukan itu, aku yakin hanya Jongin yang bisa. Kalau dia masih bersikukuh tidak tahu menahu dengan kutukan itu, setidaknya dia membuktikannya padaku. Bertahan denganku sebulan saja, itu sudah cukup bagiku.

•••

Pikiranku barusan dibuyarkan oleh suara yang berasal dari perutku. Aku baru ingat sejak pagi aku belum beranjak dari kasur meskipun Bibi Oh dan Eomma sudah berteriak mengajakku sarapan. Sekarang aku baru merasakan lapar dan perutku butuh di isi.

Ketika aku beranjak dari kasur, ekor mataku menangkap kalender yang tertempel di dinding kamarku. Ada bulatan merah kecil di salah satu tanggal. Aku mendekati kalender itu dan melihat hari penting apa yang akan datang beberapa hari lagi.

Hari ulang tahun MinAh. Aku menepuk jidatku karena aku lupa dengan hari penting itu. Mana lagi tahun kemarin aku hanya memberinya sepotong kue kecil sederhana. Aku kesal dengan diriku sendiri yang tidak memberikan hal spesial bagi sahabatku sendiri.

Tahun kemarin aku juga tidak sempat memberinya kado, sebaiknya aku pergi hari ini mencari kado MinAh. Kalau bisa aku juga harus punya plan untuk membuat acara kecil-kecilan tapi istimewa bagi MinAh.

Sebelum turun dan makan, aku langsung mengenakan pakaian berpergian. Jadi setelah makan aku bisa langsung pergi biar tidak perlu naik ke atas ke kamarku lagi.

"Eh, anak Eomma sudah cantik begitu mau kemana?" tanya Eomma saat aku menuruni anak tangga terakhir.

Kulihat Eomma yang sedang merogoh hand bag nya yang menggantung di lengan Eomma.
"Eomma juga sudah rapi begitu mau ke mana?" aku balik bertanya.

"Teman Eomma baru pulang dari Inggris, dia buat acara kecil-kecilan. Bagus kamu sudah cantik begini, ikut Eomma saja ya?" bujuknya sambil mencuil lenganku. Memang kebiasaan Eomma merayuku dengan sikap imut yang membuatku sulit menolak.

Tapi sayangnya aku tidak tertarik dengan perkumpulan ibu-ibu seperti teman Eomma. Lagi pula aku sudah punya rencana hari ini. Bukan bermaksud untuk durhaka, tapi ikut pertemuan para Eomma bukan suatu kewajiban kan?

Meskipun aku menolak ajakannya, beruntung Eomma masih berlapang dada memberiku tumpangan sampai ke Myeongdong. Hanya memakan waktu sepuluh menit daripada naik bus yang mungkin menghabiskan waktu sampai tiga puluh menit.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang