Chapter 29 - What The Answer?

267 44 5
                                    


Air keran mengalir ke dalam wastafel sembari sesekali aku membasahi sebelah telapak tangan. Telapak tanganku yang basah kuusap pada noda merah pudar di bagian pundakku. Sambil aku berbenah, sambil aku berpikir obrolan dengan Junmyeon oppa di rooftop sekolah beberapa menit lalu.

Tepat pada saat kejadian di mana kakiku tersandung kursi dan berakhir dengan tertumpah nampan makanan beserta isinya di depan orang banyak. Entah bagaimana cara aku menunjukkan wajahku setelah kejadian memalukan itu. Well, akan kupikirkan nanti.

Setelah menatap mimik kaget milik Chanyeol, aku menunduk menenggelamkan wajahku dalam-dalam. Aku tidak sedang ingin melihat mukanya yang selalu membuatku kesal, dalam kondisi apapun. Meski aku sempat berpikir wajahnya cemas melihat kondisiku begini, tapi aku tetap merasa jengkel dengannya, apalagi jika dia khawatir padaku.

"Hayoung-ah, kau baik-baik saja?" tanya orang itu sambil mencengkram kedua bahuku.

Ya, orang itu, pemilik nampan makanan yang menumpahi tubuhku.

Pelan-pelan dia menyapu sisa-sisa makanan yang tersangkut di ujung rambutku dan di pakaianku.

Aku mendongak sedikit, kulihat Junmyeon sunbae menatapku nanar penuh dengan rasa bersalahnya. Meski bukan sepenuhnya salah dia, bagaimanapun nampan makanannyalah yang mengotoriku begini.

Perlahan namun pasti, Junmyeon sunbae mengangkat bahuku dan membantuku berdiri.
"Maafkan aku Hayoung, ini salahku—"

Tunggu! Ini bukan saatnya mendengar penjelasannya. Yang aku butuhkan saat ini ialah penutup wajah atau lari dari sini secepat sebisa yang ku lakukan.

Di koridor sekolah yang mana sedang sepi dari peradaban orang-orang, Untungnya jam makan siang semua siswa berbondong ke kafetaria untuk asupan perut mereka. Derap lari seseorang terdengar jelas mendekati indra pendengaranku. Tanpa menghiraukannya, aku terus jalan cepat menaiki tangga. Hingga sampai ke atap sekolah, namja itu terus mengikutiku.

"Apa lagi??!" pekikku tertahan ketika Junmyeon menghadangku dan mencengkram kedua bahuku.

"Aku bilang aku minta maaf. Tidak bisakah? Aku tidak sengaja, Hayoung."

Baik, aku mengerti. Tapi tidak bisakah dia membiarkanku saja? Aku sedang di masa di mana butuh ketenangan.
"Aku, aku sedang ingin sendiri, sunbae." ucapku mulai tenang.

Tangan Junmyeon sunbae merosot dari bahuku hingga lepas cengkramannya. Jemarinya naik menyisir rambutku dengan lembut. Memunguti sisa nasi yang masih melekat pada rambut hitamku.

"Apakah sakit? Maafkan aku." bisik Junmyeon sangat berhati-hati, seakan sedikit kesalahan saja dapat menghancurkanku berkeping-keping. Aku tidak ingat kapan terakhir kali perasaan seperti ini muncul oleh karena Junmyeon.

Meski sudah setahun belakangan ini aku jarang bertemu dengannya, Tapi aku masih bisa merasakan kenyamanan berada di dekatnya dan mendengar setiap suara yang keluar dari bibirnya. Itulah satu hal yang membuatku jatuh cinta padanya—dulu.

Kembali kepada problematika, jika dikaji benar-benar, Junmyeon sunbae tidak sama sekali salah. Aku sendirilah yang tersandung kursi dan tak sengaja menarik nampan makanan Junmyeon sunbae.

Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah merusak makan siangnya. Namun dengan sangat lapang dada, malah Junmyeon sunbae yang repot-repot memohon maaf padaku, takut sekali bila aku terluka karenanya. Dia memang lembut dan dewasa, persis seperti waktu dulu.

"Tidak, sunbae. Harusnya aku yang minta maaf, karena aku, makan siangmu jadi—"

"Sstt." Junmyeon berdesis memotong perkataanku.
"Sekarang yang lebih penting apa kau sudah baikan?" tanyanya terus mengkhawatirkan aku dan melupakan perutnya yang dari tadi bersuara karena lapar.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang