Chapter 25 - Getting Closer

484 71 15
                                    


Aku tetap berusaha fokus pada situasi canggung ini. Kim Jongin tepat berdiri di samping kananku, sangat dekat sampai aku bisa mencium aroma parfumnya.

Seketika rekaman waktu itu terputar kembali. Saat di cafe CY, tindakan gilaku yang memintanya untuk berselingkuh denganku, ditambah lagi dengan aku yang pergi meninggalkannya begitu saja tanpa tau urusan kami sudah selesai atau belum. Bahkan tanpa membayar minumanku.

Hari ini kami dipertemukan lagi, aku benar-benar terjebak sekarang, tidak bisa melarikan diri meskipun aku sangat ingin. Tidak ada gunanya menyembunyikan mukaku saat ini. Aku sudah terlanjur mengumbarnya kemarin, lebih baik aku terus melanjutkannya meskipun bagiku itu sangat memalukan.

Aku berniat untuk mengajak Jongin berbicara lagi, untuk meluruskan masalah yang kemarin pada saat ini juga. Baru saja aku hendak membuka mulutku, Nami mengeluarkan suaranya lebih dulu.

"Kenapa kau baru datang?" tanya Nami yang pasti ditujukan pada Jongin.

"Ada urusan yang harus aku selesaikan." jawab Jongin sekenanya.

Nami mengangguk-angguk seakan mengerti dengan jawaban Jongin. Ah, aku baru ingat Nami dan Jongin satu sekolah menengah pertama sama sepertiku dulu, tidak heran mengapa Nami mengenal Jongin. Mereka pasti sudah saling mengenal sejak dulu.

"Urusan apa yang lebih penting dari aku?" sekarang Chanyeol yang bertanya. Aku tahu dia tidak sedang berusaha menjadi manja, tapi dia sedang penasaran dengan urusan Jongin sampai dia baru datang menjenguknya sekarang, sama seperti aku yang penasaran juga.

Jongin hanya tersenyum sekilas seolah dia tidak berniat menyunggingkan kedua sudut bibirnya itu. Dia juga tidak menjawab petanyaan Chanyeol, tapi malah bertanya balik.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Aku baik-baik saja. Emmonim yang terlalu berlebihan sampai menyuruhku untuk rawat inap saja." Chanyeol tampaknya berhasil teralihkan dengan pertanyaan Jongin, padahal aku penasaran setengah mati.

Ibu Chanyeol menepuk bahu Chanyeol, tidak terlalu keras tapi berhasil membuat namja itu sampai berjengit.

"Itu karena aku mengkhawatirkanmu."

Chanyeol tersenyum hangat sambil memegang tangan ibunya.
"Aku tahu itu."
Aku terkesiap dengan sikapnya. Rasanya teduh ketika melihat seseorang yang kau kau tau sangat mengesalkan malah bertingkah hangat dengan orang yang spesial, seperti Ibunya.

"Aku setuju denganmu, Ibumu memang terlalu berlebihan." sindir ayah Chanyeol sambil meninju pelan bahu anaknya.
"Padahalkan biaya rumah sakit mahal." sambung ayahnya.
Kami tertawa saat Ibu Chanyeol beralih menyubit lengan suaminya itu.

Sekarang aku mengerti dari mana sikap Chanyeol ini menurun. Dia dan ayahnya sama saja, sama-sama suka mengusili orang lain, mengesalkan, lucu dan juga bisa membuat nyaman.

Kim Bum berdeham, dia melirik jam tangannya yang terpatri di tangan kirinya.

"Sekarang sudah hampir malam, di sini juga sangat ramai yang menjenguk dan Chanyeol juga masih butuh banyak istirahat. Kami beranjak pulang duluan kalau begitu." kata Kim Bum seraya melirikku.

Memang benar di dalam ruangan ini terlalu banyak orang yang menjenguk, mungkin bisa saja mengganggu ketenangan pasien. Ya meskipun aku tahu walau seribu orang pun yang menjenguk Chanyeol, dia akan tetap sehat-sehat saja, toh tidak ada yang sakit kecuali jiwanya yang sudah lebih dulu terganggu -menurutku. Tapi ide Kim Bum ada baiknya bagi atmosfer diatas ubun-ubunku ini.

"Aku juga harus mengantar Hayoung ke rumah, tidak baik memulangkan anak gadis orang terlalu malam, kan?" sambung Kim Bum yang mengundang gelak tawa yang lain, kecuali Jongin dan Chanyeol.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang