Chapter 24 - Unknown Feeling

459 69 5
                                    


"Hayoung, kau dengar aku?" suara itu akhirnya berhasil membuyarkan lamunanku.

Aku sedikit tersetak ketika Kim Bum menepuk pelan bahuku.

"Hah?"

Melihat responku yang kebingungan, Kim Bum terkekeh sambil memutar badannya menghadap ke arahku. Dia menyadari kalau aku melamun dan tidak mendengarkannya.

"Kau tidak mendengarku? Aku bilang pasang seatbeltmu, kita harus berangkat sekarang, sebentar lagi Taehyung boarding." ulang Kim Bum seraya melirik jam tangannya.

"Dan kita mampir ke bakery dulu, Taehyung suka sekali brownies, aku mau membelinya untuk Taehyung." sambungnya yang diikuti anggukanku.

"Tentu saja, kajja."

Jujur saja, aku memang tidak mendengar Kim Bum mengatakan itu sebelumnya karena pikiranku terus berputar mengenai pilihanku ini. Apakah benar, apakah salah. Sejak aku menghampiri mobil Kim Bum, aku terus kepikiran untuk menemui Taehyung atau menjenguk Chanyeol. Mataku terus menerawang kosong ke depan.

"Kan, kau melamun lagi." tuding Kim Bum selagi menyetir mobilnya.

"Apa yang kau pikirkan? Beritahu aku, siapa tau aku bisa membantumu." lanjutnya yang membuatku menoleh padanya.

Kim Bum melirik ke arah ku sekilas.

"Katakanlah, gwenchana."

Setelah bergelut dengan pikiran kacauku ini, aku jadi menimang-nimang tawaran Kim Bum. Ini saatnya aku meminta pada Kim Bum. Kali ini tidak masalah kalau aku serakah.

"Kim Bum, apa kau bisa ngebut?"
Tanyaku yang sebenarnya lebih menjurus kepada permintaan.

***

Karena antrian kasir di bakery lumayan panjang, hal itu banyak menghabiskan waktu kami. Aku dan Kim Bum harus tela berlari-lari bersama mengejar waktu yang tidak banyak lagi.

Kantung kue yang aku pegang berayun-ayun sampai sudut 45 derajat. Mungkin aku bisa saja menghancurkan brownies coklat yang lembut itu. Sekarang sudah pukul 4.20, kita bisa terlambat bertemu Taehyung kalau tidak bergegas.

Benar, akhirnya aku memutuskan untuk menemui Taehyung. Seperti yang kurencanakan sebelumnya, aku akan mengakhiri cinta sepihak ini. Ini adalah kesempatan terakhirku karena aku tidak ingin terjebak terlalu lama.

Seorang namja yang melekat dihatiku tersorot oleh mataku, dia sedang berdiri sambil berbincang melalui handphonenya. Tidak luput pula dari pandanganku sosok yeoja yang berdiri tepat di depan Taehyung, Park Jihyo. Ternyata mereka memang sedekat itu rupanya, Jihyo sampai meluangkan waktunya untuk mengantar Taehyung ke bandara.

Well, tanpa sadar aku tersenyum miris.

Ketika jarak kami mendekat, hentakan kaki kami semakin terdengar oleh mereka. Taehyung dan Jihyo menoleh ke arahku dan Kim Bum. Aku memperkecil langkah lariku ketika melihat air wajah Taehyung yang tidak mengenakkan.

Dia sebentar lagi meninggalkanku tapi ekspresi wajahnya masih tidak bisa bersahabat.

Taehyung mengakhiri sambungan telponnya lalu menatapku dengan tajam. Jihyo juga tak kalah tajam ketika melihatku sudah berada di depan Taehyung.

Aku mengumpulkan oksigen sejenak setelah berlari-lari sepanjang jalan.

"Cah, lihatlah siapa yang datang." desis Jihyo sambil bersedekap dada.

Aku melirik Jihyo sekilas, tidak terlalu aku pedulikan. Sekarang bukan saatnya aku menjambak rambutnya atau meninju hidungnya. Aku harus selesaikan tujuanku sekarang juga.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang