Chapter 22 - Jealous?

448 68 5
                                    


Aku memukul-mukul keningku berulang kali. Kalau diingat-ingat, kejadian kemarin sangat memalukan. Andai saja aku bisa menahan sedikit lagi, air mata bodoh itu tidak akan jatuh di depan Chanyeol dan aku tidak harus repot-repot menghindari berpas-pasan dengannya di sekolah. Memang bukan yang pertama kali aku menangis di depannya, tapi entah kenapa aku tidak ingin siapa pun melihat air mataku yang kemarin. Air mata yang memalukan, air mata yang muncul karena penyesalanku sendiri.

Pikiranku penuh dengan kejadian kemarin sampai membuat perutku lapar dan meronta-ronta minta diisi. Karena dari kemarin lusa aku tidak makan makanan berat. Hanya satu tujuanku sekarang, kafetaria.

Ketika aku melihat Chanyeol dan temannya sedang bersenda gurau sembari menuju ke kafetaria, aku langsung berbelok dan mengurungkan niatku untuk ke kafetaria. Masa bodoh dengan lambungku, untuk saat ini aku lebih peduli dengan wajahku agar tidak muncul di depan Chanyeol dalam waktu dekat ini.

Dengan sigap aku mengubah haluanku agar tidak berpas-pasan dengannya, tapi tanpa kuketahui seorang yeoja berlari dari arah yang berlawanan denganku, hingga akhirnya kepalaku dan kepalanya berbenturan. Well, cukup keras.

"Aaww.." kudengar dia merintih. Lalu aku mendongak.

Yeoja itu menundukkan kepalanya sambil memegangi keningnya. Dia mengangkat sebelah tangannya ke atas, entah apa maksudnya.

"Chanyeol-ah, tunggu aku." teriaknya masih sambil memegangi keningnya dengan sebelah tanganua.

Aku seketika terbelalak ketika dia berteriak memanggil Chanyeol. Sial! Dasar yeoja bodoh, tidak tau apa aku sedang menghindarinya sekarang? Aku yakin sekarang Chanyeol menoleh ke arah kami. Tenang Hayoung, kau hanya perlu diam dan tidak menoleh ke belakang sesentipun. Tenang.

"Ah, mianhae..." ucap yeoja itu sembari mengangkat wajahnya menatapku.

Bola matanya bergerak selagi dia terdiam. Matanya dengan lihai menjelajahi pemandangan cantik yang ada dihadapannya ini -aku-.

"Shin Hayoung..?" sambungnya dengan ekspresi terkejutnya setelah 100% ia mengenali aku.

Sialan. Jelas sekali dia menyebut namaku.

Aku tidak bisa diam saja kalau tidak ingin pertahananku runtuh begitu saja. Aku harus pergi sekarang sebelum Chanyeol menghampiri kami.

"Eum, aku yang seharusnya minta maaf..." siapa ya namanya? Aku lupa.

"...tapi sekarang aku sedang buru-buru. Aku duluan ya." kataku sambil berlari meninggalkan yeoja itu.

Aku tidak menghiraukannya meski yeoja itu memanggil-manggil namaku berulang kali. Aku terus berlari dan bersembunyi di balik dinding tidak jauh dari tempat kejadian.

Kudengar derap kaki yang kuyakini itu Chanyeol mendekat, dia menghampiri gadis itu.

"Gwenchana?" itu suara Chanyeol.

"Ah, eum, gwenchana."

"Lain kali hati-hati, Nami-yah. Sakit?"

"Anni, hanya terbentur sedikit saja. Kenapa kau jadi sok perhatian seperti ini, huh?" jawab gadis itu dengan nada bercanda.

Ah, aku ingat sekarang, gadis itu namanya Nami, Cho Nami. Dia temanku-, eh bukan, kami hanya satu sekolah dulu sewaktu di Sekolah Menengah Pertama. Dia sudah banyak berubah, hm, kuakui dia lebih cantik dari sebelumnya hingga membuatku sulit mengenalinya kalau hanya selintas saja.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang