Chapter 6 - Try Again

1K 138 9
                                    


Aku jadi bingung sendiri, sejak kapan dewi venus sepertiku menjadi seorang penguntit. Seharian ini aku menguntit Chanyeol, kalau-kalau dia membuka mulut dan menyebarkan rumor tentang aku. Apalagi kalau dia sampai melebih-lebihkan. Kalau dia mulai membocorkannya satu kata saja, aku akan langsung lari dan menjambaknya.

Tapi kalau di pikir-pikir, rumor kutukan itu sangat tidak masuk akal, tidak mungkin kan orang-orang akan mudah percaya rumor seperti itu? Jangan tanya aku kenapa aku percaya, karna aku sudah merasakannya sendiri meski aku masih tak yakin.

Aku menunggu di balik tembok pondasi berbentuk persegi panjang. Chanyeol beberapa menit yang lalu masuk ke toilet pria. Sudah bermenit-menit aku menunggu dia tidak juga keluar dari toilet, tidak mungkin ada pintu lain selain pintu depan kan? Sesekali aku mengintip, cuman ada siswa lain yang masuk toilet lalu keluar. Demi Tuhan Chanyeol sangat lama di toilet, bahkan sudah 3 kali aku melihat siswa laki-laki yang berbeda masuk sekaligus keluar wc. Sampai kapan lagi aku harus menunggu?

Aku menyandar pada dinding rapat-rapat, tidak membiarkan ada celah antara tubuhku dengan dinding, aku menatap lurus ke depan. Tiba-tiba rasa tak enak dari arah belakang menghantuiku, oh god tidak mungkin itu hantu kan? Tapi sungguh, ada hawa 'sesuatu' yang sulit kujelaskan.

Aku mencoba pelan-pelan mengintip dari balik tembok, sedikit demi sedikit mataku melewati dinding.

"YA TUHAN!" aku memekik. Saking kagetnya aku sampai terjungkal ke belakang lantaran sebuah kepala menyembul dari balik tembok tempat aku bersembunyi. Aku terkejut setengah mati asal kau tahu! Tadinya ku kira itu hantu, ternyata SETAN!

"Kau menguntitku ya!" tuduh Chanyeol sembari bersedekap dada.

Dia hanya memandangiku yang terduduk di lantai, dia bahkan melipat tangannya seakan tidak mau mengulurkan tangannya untuk membantuku. Well, aku juga tidak butuh itu. Aku bisa berdiri sendiri. Dengan tumpuan kedua kaki dan tanganku aku berdiri di depannya, mengadukan kedua telapak tanganku untuk membersihkan debu di telapak tangan.

"Jelaskan kenapa kau menguntitku?" tanyanya lagi, bukan! itu terdengar seperti perintah.

"Aku tidak menguntit! Aku hanya mengawasimu kalau kau berbicara macam-macam tentangku!" belaku dengan suara tinggi.

Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya "Aku beri waktu sampai besok, kalau kau tidak membayar-"

"Besok aku pergi ke Daegu!" potongku cepat supaya ia tak melanjutkan ancamannya.

"Kalau begitu bayar hari ini."

"Baiklah, kau mau aku bayar berapa? 10.000 won? 20.000 won?"

"Dua ratus ribu won." potongnya

Aku ternganga, yang benar saja. Dia pikir aku ini bank yang punya banyak uang? Aku tidak menyangka brandalan ini akan memerasku.

"Tidak sanggup? Kalau begitu jangan belagak ingin membayar dengan uang." ia berkata dengan nada suara kesal "kau pikir aku gelandangan?"

"Baiklah, maaf. Jadi kau ingin dibayar apa?"

Chanyeol memperhatikan aku dengan detail, aku bisa melihat dari matanya yang bergerak dari atas ke bawah dan ke atas lagi.

"Tubuhmu bagus juga." ucapnya santai.

Mendengar ucapannya aku buru-buru menyilangkan tangan menutupi dadaku.

"Yak! Byuntae! Kau sudah gila?! Lebih baik kau lari berkeliling sekolah sambil menyebarkan berita kutukanku daripada aku harus memuaskanmu! Kau pikir aku wanita seperti apa?"

"Sekarang aku berpikir kau wanita yang punya otak mesum." jawabnya. Chanyeol menjulak kepalaku dengan jari telunjuknya.

"Hei, Maksudku bukan itu, aku bebicara soal fisik dan kesehatanmu! Otakmu perlu dilaundry tampaknya" cerca Chanyeol.

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang