Chapter 19 - Confused

634 69 6
                                    


Aku memikirkannya lagi tentang ucapan Jongin sebelum Taehyung benar-benar menarikku menjauh dari mereka.

"Kim Taehyung," ruah Jongin.
Taehyung berhenti sebentar tanpa berbalik ke arah Jongin.

"Kuperingatkan padamu, jangan main-main." lanjutnya.

Aku tidak mengeti maksudnya. Aku melirik ke arah Taehyung dengan ekor mataku untuk mencari jawabnya. Taehyung menyeringai puas. Aku tidak tau ada masalah apa dengan kedua insan ini, tapi tampaknya mereka tidak mudah untuk didamaikan.

"OK." balas Taehyung singkat dan kemudian menarik tanganku untuk pergi.

Selama menuju ke parkiran mobil, air wajah Taehyung tiba-tiba berubah dari sebelum keluar dari Resto. Dia menjadi lebih dingin dan agak menakutkan. Dia berhenti di depan mobilnya dan diam beberapa saat, sampai akhirnya dia menghempaskan tanganku yang sedari tadi bertautan dengan jarinya.

Well, tidak kasar tapi sedikit mengejutkanku. Tampaknya dia terbawa emosinya karena Jongin dan melampiaskannya kepadaku.

Bukankah ini gawat? Apa lagi perjalanan dari Myeongdong menuju rumahku lumayan jauh. Bagaimana aku bisa bertahan hidup berdua dengannya di mobil saat dalam perjalanan pulang? Aku tidak rela mati dengan konyol seperti itu.

Aku mencoba menjadi kalem. Tidak banyak bicara dan tidak banyak bergerak. Takut-takut kelak aku melakukan kesalahan yang fatal. Dia kan sangat kasar dan tidak bertoleran.

"Di mana rumahmu?" Taehyung akhirnya membuka suara.

"Eh..? Di.. Di Gwangjin-gu."

"Ok."

Taehyung berubah menjadi pendiam. Mimik wajahnya sudah lebih tenang. Kerutan dikeningnya sudah tidak terlihat lagi. Sebenarnya ada berapa kepribadian yang dia punya? Dia mudah berubah dengan karakter yang berbeda-beda.

Tidak seperti yang kuduga sebelumnya, dalam perjalanan Taehyung hanya fokus menyetir dan sesekali menanyai arah jalan ke rumahku. Dia mengantarku tepat sampai depan rumah dengan selamat, sehat wal afiat.

Tidak ada yang Taehyung katakan sampai aku melepas seatbelt ku. Ucapan terima kasih karena sudah menemaninya atau ucapan maaf karena sudah menggangguku misalnya, dia sama sekali tidak mengatakan apapun. Ah, jinjja!

"Terima kasih," pada akhirnya aku yang mengalah. Kupikir aneh kalau aku langsung melesat turun tanpa berucap apapun.

Setelah aku mengatup pintu mobilnya, Taehyung langsung memacu gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Rok seragam ku sampai tersingkap dibuat olehnya.

Aku melirik jam tanganku. Pukul 07.00 pm, seorang Kim Taehyung berubah menjadi ugal-ugalan. Padahal beberapa menit yang lalu Kim Taehyung mengendarai mobilnya dengan tenang. Aku semakin yakin kalau Taehyung itu abnormal. Dia punya banyak kepribadian.

Jadi, haruskah aku mencatat kapan kepribadiannya berubah untuk berjaga-jaga? Terutama demi kesalamatanku kalau aku bertemu dengannya lagi, nanti.

***

Aku melihat Bibi Oh muncul dari dapur sambil membawa dua piring berisi makanan lalu meletakkannya di atas meja makan.

"Eh, nona Hayoung sudah pulang? Makan malam sudah siap, non." kata Bibi Oh seraya melemparkan senyumannya padaku.

Kulihat makanan di atas meja yang sangat menggiurkan. Bibimbab dengan campuran sayur-sayuran dan ditambah telur yang setengah matang yang menggairah. Ditambah lagi Jjukami, gurita kecil yang dipanggang dengan api besar dan dilumuri saus gochugang. Lalu itu apa yang baru saja di bawa oleh bibi Oh?

(Damn!) Curse?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang