1- Hadiah di Akhir Semester
Enam bulan sudah berlalu sejak Dinda menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di SMA Angkasa. Dan itu berarti sudah selama enam bulan juga Dinda menjadi korban pembullyan yang dilakukan geng The Fabs. Tidak ada yang sesial nasib Dinda memang. Semua yang pernah berurusan dengan The Fabs tidak ada yang sampai seperti Dinda, dibully hampir selama satu semester lamanya. Hanya Dinda. Dan semua orang tau, jika ini bukan lagi atas nama The Fabs melainkan dendam pribadi Bani terhadap Dinda.
Tetapi meskipun begitu, bukan berarti Dinda tidak memiliki teman di SMA Angkasa. Dinda punya, tetapi mereka tidak bisa membantu. Karena tidak ada yang mau berurusan dengan The Fabs. Bahkan Bani sendiri yang pernah mengancam jika ada yang mencoba-coba untuk melindungi Dinda, maka dia yang akan menjadi pengganti Dinda. Diberi 'hadiah' selama dia bersekolah di SMA Angkasa.
Memang sih tipe bullying yang dilakukan The Fabs terhadap Dinda tidak parah-parah banget. Ya paling hanya sekedar mengempesi ban motor Dinda hingga cewek itu harus mendorong motornya sampai tukang tambal ban terdekat kira-kira lima ratus meter jauhnya. Beberapa kali juga Dinda harus menemukan sepatunya sudah berpindah entah ke mana setiap dia selesai shalat zuhur. Bahkan pernah sekali ketika pagi-pagi Dinda baru datang ke kelas, meja tulisnya sudah lenyap entah kemana.
Awalnya Dinda tentu frustasi dan ingin merengek saja kepada Ayahnya untuk pindah sekolah, tetapi Dinda berfikir siapa tau Bani dan gengnya akan bosan dengan sendirinya jika Dinda tidak mengacuhkan gangguan dari mereka. Maka Dinda mencoba bertahan dengan cara pura-pura tidak peduli. Tetapi yang ada Bani semakin gencar memberinya 'hadiah' mengejutkan.
Ah dan soal kenapa Dinda tidak bisa melawan adalah karena sekolah itu ternyata milik yayasan keluarga Bani!
Ulang. Sekolah tempat Dinda menuntut ilmu sekaligus mendapatkan pembullyan adalah milik orang yang membully Dinda!
Hidup Dinda sepertinya memang sudah ditakdirkan untuk sial sejak dia pindah ke Jakarta.
Tetapi setidaknya Dinda hari ini bisa bernafas sedikit lega karena hari ini adalah hari terakhir di semester ini. Hari ini bahkan hanya pembagian rapor saja, itu berarti Dinda tidak harus berurusan dengan The Fabs karena akan ada banyak orang tua yang datang ke sekolah dan The Fabs tentu tidak seberani itu untuk menunjukkan taring mereka saat orang tua mereka di sekolah. Ha!
"Ma, udah liat-liat rapornya nanti aja di rumah, yuk kita sekarang pulang!" ajak Dinda kepada Heriska—mamanya—yang sedang membaca nilai-nilai Dinda.
"Ih, iya kamu tuh sabar dong jangan narik-narik Mama," ucap Heriska kesal karena Dinda menarik-narik bajunya.
Masalahnya Dinda ingin cepat-cepat pergi dan tidak bertemu dengan Bani ataupun The Fabs. Ya meskipun Dinda sendiri yang yakin jika The Fabs tidak akan mengerjainya hari ini, tetap saja Dinda waspada. Rasa waspada itu tumbuh sendirinya seiring waktunya yang setiap hari dikejutkan oleh 'hadiah' The Fabs.
"Din, lo dipanggil sama penjaga perpustakaan, katanya belum balikin novel," ucap Audy yang datang dari arah perpustakaan. Sepertinya teman sekelas Dinda itu baru saja dari perpustakaan.
Dinda menepuk jidatnya. "Ohiya, lupa. Thanks, Dy!" ucap Dinda kepada temannya itu yang langsung dibalas Audy anggukan dan cewek itu pergi entah kemana.
"Ma, aku ke perpus dulu, Mama nunggu di mobil aja," kata Dinda yang langsung ditatap sinis oleh Heriska.
"Tuh tadi kamu ngajak buru-buru sampe narik-narik. Yaudah sana cepetan, abis ini mama 'kan harus ke sekolahnya kakak kamu."
Dinda mengangguk sambil cengengesan. "Iyaa!"
Dinda lalu bergegas berlari menuju perpustakaan. Dinda lalu menyempatkan diri memperhatikan sekitar ketika sudah sampai di depan pintu perpustakaan. Dia khawatir ketika harus melepaskan sepatunya itu, bagaimana kalau tiba-tiba dia dikerjai lagi oleh The Fabs?
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [RE-POST]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN OLEH GRASINDO] Jujur saja, saat di balkon tadi Bani sama sekali tidak membalas pelukan Dinda. Bukan karena dirinya yang tidak mau memeluk Dinda, karena percayalah, sejak awal Bani dan Dinda duduk bersisian di balkon, satu-satunya...