Dinda refleks menekan kapas ditangannya ke salah satu lebam di wajah Bani membuat cowok itu mengaduh sambil memundurkan wajahnya. "Gila ya lo?" serunya kaget.
Dinda menatap Bani sengit. "Lo tuh yang gila. Tau nggak sih barusan itu lo abis ngelakuin pelecehan seksual ke gue?"
Bani yang sedang sibuk memegangi luka lebam yang tadi ditekan Dinda melotot. "Pelecehan?!" serunya tidak percaya. "Dari mananya gue ngelecehin lo, coba?"
Dinda mengerjapkan matanya, jelas Dinda mengatakan itu karena dia salah tingkah. Padahal sudah lama Dinda tidak pernah lagi salah tingkah sejak mulai dekat dengan Bani.
"Bodo ah! Gue mau pulang!" seru Dinda sambil melompat turun dari kursi bar. Sepertinya Dinda lupa kalau lututnya baru saja terluka dan gadis itu langsung meringis begitu kakinya menapak lantai.
Bani yang melihat itu langsung menahan bahu Dinda. "Sakit 'kan? Ngapain lompat-lompat sih lo mentang-mentang kerdil."
Dinda melotot. Baru saja dia membuka mulutnya untuk protes karena dipanggil kerdil oleh Bani niat protesnya langsung hilang begitu saja saat Bani mengangkat pinggang Dinda untuk mendudukannya kembali ke atas kursi bar. "Diem, jangan banyak gerak dulu." Lalu Bani langsung berlalu dari hadapan Dinda menuju ke kamarnya meninggalkan Dinda sendirian dengan jantung yang bergemuruh.
Gue baper beneran...
Bani keluar dari kamarnya dengan ponsel yang menempel di telinga. Dinda pun menangkap kalau Bani sedang memesan mcd.
Mendengar hal itu Dinda buru-buru melambaikan tangannya ke arah Bani membuat Bani menatapnya sambil mengernyit masih dengan ponsel yang menempel di telinga.
"Mcflurry...," pinta Dinda manja. Lalu tangan gadis itu terangkat menunjukkan jari tengah dan telunjuknya yang mengacung. "Dua...," pintanya lagi tidak tau malu.
Bani mendengus tapi akhirnya dia pun memesankan yang Dinda pinta membuat gadis itu tersenyum girang. Lupa kalau beberapa menit lalu baru saja dibuat berdebar oleh makhluk ganteng yang berdiri tidak jauh darinya itu.
Sekitar empat puluh lima menit kemudian, Dinda dan Bani sudah duduk bersebalahan di meja bar dengan masing-masing sepaket ayam goreng mcd beserta nasi dan scramble egg, dua gelas cola dan satu paket kentang goreng ukuran besar. Tidak lupa dengan dua cup mcflurry yang juga sudah menunggu disantap di dalam lemari es Bani.
Mereka pun makan dalam diam.
Tapi akhirnya Dinda menjadi orang yang memecahkan keheningan di antara mereka. "Lo nggak ngerasa punya utang sama gue?" tanya Dinda sambil mencocol kulit ayam crispy khas mcd ke saos tomat sebelum memasukkannya ke mulut.
Bani menaikkan sebelah alisnya. Dia juga sedang sibuk mengunyah. Baru setelah dia menelan kunyahannya dia menjawab dengan pertanyaan lagi, "Utang?"
Dinda mengangguk. "Iya," kata gadis itu sambil memasukkan potongan ayam ke mulutnya. "Utang cerita. Cerita kenapa lo bisa-bisanya ikut tawuran."
"Cewek bukan sih makan kok sambil ngomong," dengus Bani. Lalu tangannya terulur untuk mengambil sebutir nasi yang menempel di pipi Dinda. "Belepotan lagi makannya."
Dinda mencibir, "Nggak mempan ya cara lo ngalihin perhatian gue."
Bani mendengus. "Iya gue cerita abis makan nanti."
"Oke," jawab Dinda.
Dan mereka pun melanjutkan kegiatan makan mereka.
***
Dinda meletakkan gelas mcflurrynya yang sudah kosong. "Oke, sekarang waktunya cerita!" kata Dinda riang. Moodnya benar-benar bagus setelah makan ice cream.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinity [RE-POST]
Teen Fiction[SUDAH DITERBITKAN OLEH GRASINDO] Jujur saja, saat di balkon tadi Bani sama sekali tidak membalas pelukan Dinda. Bukan karena dirinya yang tidak mau memeluk Dinda, karena percayalah, sejak awal Bani dan Dinda duduk bersisian di balkon, satu-satunya...