19- Perubahan Besar

92.2K 6.9K 650
                                    

"Kita mau nyari apaan sih emang?" tanya Dinda saat Bani masih menggandengnya menyusuri beberapa pertokoan.

Bani tidak menjawab dan memilih terus berjalan dengan Dinda di gandengannya.

Lalu Bani berhenti di sebuah toko baju khusus laki-laki. Mengingat mall yang didatangi mereka ini merupakan salah satu mall elite di Jakarta, Dinda tidak terkejut lagi ketika Bani memasuki salah satu toko baju bermerk.

Dinda mendengar Bani bicara kepada pramuniaganya dan bertanya dimana Bani bisa melihat koleksi pakaian formal dan semi formal. Lalu sang pramuniaga itu menunjukkan Bani ke deretan pakaian formal.

Bani baru melepaskan gandengannya pada Dinda ketika dia sedang melihat-lihat pakaian. Sedangkan Dinda memilih untuk menunggu Bani di salah satu kursi panjang yang di sediakan.

Dinda menyesal kenapa tadi dia tidak memaksa untuk mengambil ranselnya di dalam mobil Bani. Kalau begitu 'kan setidaknya Dinda jadi tidak bosan dengan hanya berdiam diri melihat Bani mencoba satu per satu pakaian.

Tapi sebenarnya, Dinda tidak sepenuhnya bosan sih. Bahkan Dinda sangat menikmati setiap kali Bani keluar kamar pas dengan kemeja yang dicobanya untuk mengambil kemeja yang lain. Entah apa motif Bani sebenarnya melakukan hal itu. Mungkin dia memang sengaja untuk memamerkan kepada Dinda kalau dia bagus mengenakan pakaian apapun. Huh!

"Nda, menurut lo bagusan ini apa ini?" tanya Bani sambil menunjuk kemeja yang dikenakannya dan mengacungkan kemeja yang masih terpasang rapi digantungan.

Dinda mengerjapkan matanya. Lo pake apaan aja bagus, gimana dong?

"Nda!" sentak Bani membuat Dinda tersadar dari bengongnya akibat mupeng melihat Bani yang super gagah mengenakan kemeja formal.

"E-eh... Yang biru deh kayaknya," jawab Dinda sedikit terbata karena masih terkejut.

Bani mengangguk lalu masuk lagi ke dalam bilik ganti dan tidak lama dia keluar sambil memberikan kemeja berwarna biru yang barusan dia coba kepada pramuniaga untuk membungkusnya.

"Woy Dinda, sini!" Panggil Bani kepada Dinda yang masih duduk dengan setia di atas kursi.

Dinda pun dengan terpaksa menghampiri Bani yang sedang berdiri menatap berbagai macam jas. "Pilihin yang cocok sama kemeja barusan," kata Bani sambil mengarahkan kepalanya ke arah deretan jas-jas tersebut.

Dinda menatap Bani dengan kernyitan di dahinya. "Emang buat acara apaan?"

"Kok lo banyak nanya?" tanya Bani nyolot membuat Dinda mendengus.

"Bego ya lo? Ya gue harus tau lo mau ke acara semacem apa dulu biar gak terlalu formal atau gak terlalu santai juga."

"Bego dah, ya kalo gitu cari aja yang semi-formal. Gak nyantai, gak formal juga," kata Bani cuek.

Dinda menggeram. "Yaudah kalo gue bego lo pilih aja sendiri!" seru Dinda ketus. Bani ini memang selalu saja berhasil memancing emosi Dinda. Bisa-bisa di usia remaja Dinda sudah terkena penuaan dini karena marah-marah terus.

"Gue maunya lo yang pilihin. Udah buruan pilih," kata Bani lagi membuat Dinda menatapnya dengan tatapan sangar.

Tapi mau tidak mau Dinda pun memilihkan jas yang cocok dengan kemeja yang tadi Bani pilih.

Setelah itu Bani melakukan proses pembayaran di meja kasir sedangkan Dinda menunggu di sampingnya sambil mencoba mencuri lirik berapa nominal yang harus Bani keluarkan untuk setelan jas dan kemeja tersebut.

"Emang lo nggak punya baju begituan? Bokap lo 'kan pengusaha, pasti lo sering lah diajak-ajak ke acara yang mengharuskan lo pake baju begituan?" tanya Dinda begitu mereka sudah keluar dari toko.

Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang