39- Pacar Posesif

62.8K 5.3K 225
                                    

Mobil yang ditumpangi enam remaja itu kini sedang berhenti di rest area untuk mengisi bahan bakar. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika mereka berhenti rest area tersebut.

Selesai mengisi bensin, Bani membelokkan mobilnya ke parkiran rest area.

"Ini pada mau makan dulu nggak?" tanya Dinda sambil menoleh ke belakang. Dilihatnya Reta dan Audy baru saja bangun dari tidurnya sedangkan Petra yang duduk di paling belakang sedang melepaskan earphone dari telinganya, di sebelahnya Farhan sedang menguap lebar, sepertinya baru bangun juga.

"Boleh deh, laper juga. Emang masih jauh ya?" tanya Farhan sambil menyandarkan wajahnya di jok mobil yang berada di depannya.

"Lumayan, ya abis keluar dari tol kira-kira satu jam lagi."

Dinda lalu menatap Bani, "Lo ngantuk nggak Ban? Mau beli kopi? Ada starbucks deh kayaknya tadi gue liat," tanya Dinda sambil menyentuh pelan pipi Bani.

Bani memamerkan senyum kecil. "Enggak kok, gue 'kan udah biasa bolak-balik Lembang malem. Alhamdulillah nggak ngantuk juga," kata Bani sambil memegang tangan Dinda yang bersarang di pipinya. Hal itu jelas membuat Audy dan Reta menganga lebar.

Audy dan Reta sudah satu sekolah dengan Bani sejak kelas sepuluh meskipun tidak pernah sekelas. Mereka tau bagaimana peringai Bani sebelum bertemu Dinda selama ini. Bahkan saat Bani digosipkan jadian dengan Friska, keduanya tidak pernah melihat Bani bersikap semanis itu kepadanya. Jelas perlakuan manis Bani kepada Dinda saat ini membuat Reta dan Audy terpukau.

Efek Dinda ternyata sedasyat itu. Bisa membuat Bani si datar yang kaku dan galak berubah jadi cowok manis nan lembut. Masalahnya, Bani hanya lembut dan manis kepada Dinda! Sedangkan dengan yang lain ya tetep aja datar dan dingin. Kalau pun senyum ya seadanya aja.

"Makan woy, makan! Malah pacaran," tandas Farhan dari belakang, jengah karena Dinda dan Bani malah asyik pacaran di depan sana.

"Jomblo," sindir Petra sambil berdecih di sebelah Farhan membuat cowok berjambul itu menatap Petra sengit.

"Apa lo bilang?" tanya Farhan tidak terima karena baru saja dihina jomblo oleh Petra. Meskipun kenyataannya dia memang jomblo. "Lo bukannya jomblo juga, nyet?" tandas Farhan.

"Oh iya," jawab Petra sambil menggaruk kepalanya membuat Farhan melepaskan sebuah keplakan pelan di belakang kepala cowok itu. Tapi bukannya kesal, Petra justru terkekeh.

Jadi ini rasanya punya temen?

"Bani, adek lo gila nih! Laper kayaknya!" adu Farhan kepada Bani yang sama sekali tidak menggubrisnya.

Bukannya karena tidak mendengar, hanya saja menurut Bani hubungannya dan Petra belum berada di tahap akrab sehingga bisa saling meledek. Bani jelas masih butuh waktu.

Lalu keenam anak itu pun turun dari mobil menuju restoran yang tersedia di rest area tersebut.

Selesai makan, Bani menyadari wajah Dinda yang sudah mengantuk. Mungkin karena sejak dari Jakarta sampai sekarang Dinda sama sekali tidak tidur dan menemani Bani menyetir, sekarang gadis itu jadi mengantuk. Terlebih perutnya kenyang sehabis diisi, semakin ngantuklah dia.

"Han, pindah depan, lo!" perintah Bani kepada Farhan yang baru saja duduk di jok belakang.

Jelas Farhan mengernyit bingung. "Lah, kenapa?" tanyanya.

"Cewek gue ngantuk," jawabnya cepat.

Sontak mulut semua orang selain Dinda dan Bani berdecak. "Iya, baginda!" ucap Farhan sambil bergegas turun kembali setelah Audy turun juga karena joknya harus dilipat agar Farhan bisa lewat.

Dinda menatap Bani tidak enak. Sebenarnya Dinda masih ingin menemani Bani menyetir, tapi dia juga takut kalau akhirnya ketiduran dan Bani ujung-ujungnya nyetir sendirian.

Melihat tatapan Dinda yang menyiratkan ketidakenakan, Bani langsung mencubit pipi Dinda gemas. "Tidur gih, mata lo udah ilang tuh," ledek Bani.

"Sakit, Baniansyah!" keluh Dinda sambil melepaskan tangan Bani dari pipinya. Tapi kemudian wajah Dinda kembali menyiratkan wajah tidak enak. "Sori ya gabisa nemenin," ucap Dinda lagi.

"Woilah, lebay amat lu berdua. Cuma kepisah bentaran doang, juga!" ledek Farhan jengah.

Audy yang juga masih berada di luar mobil mengangguk setuju. "Iya tuh, lebay lo berdua!" katanya ikut-ikut menyindir.

Dinda pun melayangkan cubitan di lengan Audy membuat cewek yang rambutnya malam itu dicepol mengaduh. Sambil tertawa bahagia melihat Audy kesakitan Dinda langsung naik ke bagian belakang mobil namun gerakannya tertahan karena seseorang menarik bagian belakang leher sweatshirtnya.

"Aduuh!" keluh Dinda karena tubuhnya tertarik ke belakang. Saat menoleh Dinda langsung bisa melihat Bani menatapnya dengan wajah galak.

"Lo pikir lo mau ke mana?" tanya Bani dengan sebelah alis yang dinaikkan.

Dinda mengernyit. "Loh, kan tadi lo yang nyuruh gue tidur di belakang."

"Siapa bilang lo duduk berduaan sama Petra? Duduk tengah! Audy, lo pindah belakang," ucap Bani tegas.

Audy yang gagal paham apa maksud Bani hanya menatap Bani dan Dinda serta Farhan bergantian sebelum akhirnya naik dan duduk di sebelah Petra. Audy sih tidak bermasalah, toh dia bakalan langsung tidur begitu bokongnya mendarat di jok. Karena sumpah Audy masih ngantuk berat meskipun sejak dari Jakarta tadi dia sudah tidur.

Dinda mengerucutkan bibirnya dan menggerutu kecil sebelum naik ke kursi tengah, duduk di sebelah Reta yang sedang sibuk menahan tawa di dalam mobil.

"Posesif amat, ya Allah," ucap Farhan sambil menggeleng-geleng begitu dia dan Bani sudah duduk di kursi masing-masing. "Lagian kalau dia berdua selingkuh di belakang 'kan keliatan dari spion tengah, Ban!" ledek Farhan tidak habis pikir akan keposesifan Bani terhadap Dinda. Apalagi Petra itu 'kan adiknya.

Dinda tidak protes atau pun berkomentar soal keposesifan Bani karena hanya dia yang tau alasan dibalik sifat Bani tersebut. Meskipun Dinda kesal karena dirinya seolah tidak dipercaya oleh Bani, tapi Dinda juga tidak bisa bohong kalau dia senang dan tersanjung karena ada seseorang yang merasa takut kehilangannya. Meskipun sebenarnya hal itu tidak mungkin karena saat ini yang ada di hati Dinda jelas hanya Bani seorang. Kalau pun Dinda mau selingkuh, tidak mungkin dia selingkuh dengan Petra. Memangnya Dinda gila, apa?


Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang