31- Kembali

62.7K 5.3K 333
                                    

Sabtu pagi Dinda bangun pagi-pagi sekali. Entah kenapa tiba-tiba Dinda ingin sekali lari pagi. Sebuah keajaiban bagi seorang Adinda Rasya Widia yang lebih suka menghabiskan weekendnya dengan tidur sampai siang mendadak ingin pergi jogging.

Ketika Dinda keluar dari kamarnya mengenakkan kaos dan celana training, Heriska baru akan menuju dapur untuk membuatkan kopi suaminya. Ketika menangkap siluet Dinda, Heriska lantas memandang heran anak bungsunya itu.

"Dinda, kamu mau ke mana?" tanya Heriska kaget.

Dinda mendengus, "Jogging lah ma! Udah dulu ya, keburu siang!" Lalu tanpa menunggu jawaban Heriska, Dinda berlalu begitu saja.

Ketika Dinda membuka pagar rumahnya, betapa kagetnya gadis itu ketika melihat mobil yang sudah tidak asing lagi baginya karena dia sudah beberapa kali menaikinya. Mobil Bani.

Dinda mendekati mobil itu namun kosong. Tidak ada Bani di dalamnya membuat panik menyerang Dinda.

"Nda!" teriak seseorang dari kejauhan. Dinda tau jelas panggilan itu adalah panggilan Bani untuknya. Dan suara itu, suara Bani.

Ketika Dinda berbalik benar saja. Dilihatnya Bani sedang berjalan ke arahnya dengan menenteng kantung plastik di tangan kanannya dan tangan kiri cowok itu bersarang di saku celana jeansnya.

"Ban--Bani!!!" Dinda berlari menghampiri Bani dan tanpa canggung lagi menghambur ke dalam pelukan cowok itu.

Bani terkejut tidak menyangka kalau reaksi yang pertama kali akan dilihatnya dari Dinda adalah gadis itu yang memeluk erat tubuhnya. Tadinya Bani kira dia akan habis dimaki-maki Dinda karena menghilang seharian tanpa kabar.

Bani mengeluarkan tangannya yang tadi bertengger di kantung celana untuk memeluk Dinda. Diusapnya lembut rambut Dinda.

"Nda, ingus lo nanti nempel di baju gue," ucap Bani bercanda. Dinda menggeleng dalam pelukannya dan lebih erat memeluk Bani.

Bani membalas pelukan Dinda. Diletakkan dagunya di puncak kepala Dinda. "Gue udah di sini, Nda," bisik Bani. "Gue pulang."

***
Dinda dan Bani kini sedang berada di taman komplek rumah Dinda menyantap bubur ayam yang barusan memang sengaja dibeli Bani untuk Dinda dan keluarganya. Maka setelah memberikan beberapa kotak bubur untuk keluarga Dinda, Bani menyeret gadis itu untuk ikut dengannya ke taman komplek yang tidak begitu jauh.

"Lo kemana sih Ban? Kenapa lo tiba-tiba ilang nggak bisa dihubungin? Lo marah sama gue? Kalau gue emang ada salah bilang Ban jangan tiba-tiba pergi gue kan--" Kata-kata Dinda terputus ketika Bani menyumpalkan sesendok berisi bubur ayam ke mulutnya. Dinda melotot sambil memukul pundak Bani sebelum menelan bubur hasil suapan Bani tersebut. "Baniii!!!"

"Iya Nda, lo boleh ngomel-ngomel nanti tapi sekarang makan dulu. Kalau udah dingin nanti nggak enak," kata Bani sambil tersenyum geli.

Dinda mendengus. "Bener juga. Gue harus makan biar dapet stamina buat ngomelin lo," katanya sambil menyendok bubur dan menyantapnya.

Bani terkekeh. "Padahal baru sehari, tapi gue kangen," katanya.

Dinda refleks menghentikan gerakan tangannya untuk menyuap bubur. "Hah?"

Bani menggeleng, "Makan, Nda," katanya sambil mendorong pelan tangan Dinda agar gadis itu melanjutkan gerakan menyuapnya yang tertunda. "Aaa," kata Bani menirukan suara orang yang sedang menyuapi anak kecil.

"Apaan sih Ban, alay!" kata Dinda sambil menyuap buburnya.

Dinda melirik kotak bubur Bani yang sudah ludes, sedangkan punya masih tersisa dua suapan lagi. Buru-buru Dinda memasukkan sisa bubur tersebut ke mulutnya. Setelah selesai dia meraih botol air mineral yang juga sudah dibelikan Bani untuk ditenggak.

Infinity [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang