Tiga

12.6K 817 8
                                    

Dave pov

Persetan dengan ucapan Clarke. Aku tidak peduli jika Clarke mengatakan Ally adalah tipe orang yang sangat tertutup. Apa dia tidak tahu apa itu cinta? Aku bahkan baru tahu apa itu cinta ketika aku bertemu dengannya. Aku bahkan tidak percaya jika cinta itu nyata hingga aku menatap matanya, aku tahu cinta itu nyata.

Aku berjalan menyusuri lorong dengan tergesa – gesa dengan harapan pelajaran hari ini akan segera berakhir. Aku mengambil ranselku yang tadi kumasukkan ke dalam lokerku. Berjalan menuju kelas pertamaku, yaitu kelas astronomi.

Aku menghentikan langkahku tepat di depan pintu kelas pertamaku. Bukan karena macet atau apa, melainkan aku melihat Ally yang sedang duduk dipojok ruangan. Dari sini, aku bisa melihat ipod yang diletakkannya dimeja, sementara kepalanya menunduk dengan meja sebagai alasnya.

Aku sengaja berdiri di depan pintu guna membiarkan bangku kosong itu terisi dengan sendirinya. Aku tidak perlu takut jika ada orang yang menempati bangku disamping Ally, karena biasanya bangku itu selalu kosong disaat jam pelajaran astronomi. Tapi sebentar lagi akan terisi olehku dan Ally.

"Kenapa kau berdiri disini, William?" Aku tersentak kaget ketika menyadari ada seseorang yang berdiri di belakangku. Aku bisa mendengar nafasnya yang bebau cerutu ketika berbicara. Tidak mungkin dia perempuan. Bahkan dia memanggilku dengan nama keluargaku.

Buru – buru aku menoleh dan mendapati Pak Brunner di belakangku. Aku hanya meringis dan tidak menjawab pertanyaannya. Buru – buru aku berjalan menuju bangku yang ada di samping Ally. Aku berdehem sebelum aku berbicara padanya.

Ally mendongakkan kepalanya ketika mendengar aku berdehem. "Boleh aku duduk disini? Sudah penuh semua soalnya." Dustaku.

Ally tidak menjawab, dia hanya mengangguk padaku. Itu saja? Hanya mengangguk? Dia benar – benar dingin. Clarke tidak bohong. Tapi aku tidak peduli, ini pertama kalinya aku merasakan perasaan asing saat aku menatap matanya. Apa kau akan melepaskan cintamu disaat kau telah menemukannya? Tentu saja tidak.

Aku menggeser kursi ke belakang lalu mendudukinya. Menaruh ranselku keatas meja dan mengeluarkan satu buah buku tulis dari dalamnya. Walaupun aku tahu jika aku pasti tidak akan menulis ataupun memperhatikan pelajaran Pak Brunner.

Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang dibahas Pak Brunner saat ini. Karena satu – satunya yang kulihat dan kuperhatikan saat ini adalah Ally. Orang yang membuatku tidak bisa bernafas saat berada di dekatnya. Saat ini saja, aku masih berusaha untuk mencari oksigen. Katakan saja aku ini lebay, tapi aku tidak peduli.

Tentu kalian pernah merasa tidak berdaya jika sudah berada di dekat orang yang kalian suka. Dan untung saja aku tidak sampai pingsan karenanya.

"Semua planet di Tata Surya selain Merkurius..." aku bisa mendengar suara Pak Brunner yang tadinya samar – samar kini semakin jelas di dekatku.

Dan sekarang aku bisa merasakan jika ada seseorang yang melempariku dengan kapur putih. Kapur itu mendarat tepat membentur keningku lalu jatuh ke tanganku. Tanpa melihat kapurnya, aku membuang kapur itu kesembarang arah. Tepat setelah aku melempar kapur itu, datang lagi yang terpental kearah keningku lagi.

Saat hendak melemparnya lagi, kali ini aku melihat orang yang melempar kapur kearahku. Betapa terkejutnya aku ketika mengetahui jika Pak Brunner sekarang berdiri tepat disamping mejaku sambil melempar kapur lagi yang kini sudah mengenai mata kananku. Tepat sekali. Aku bahkan harus mengedipkan mata kananku beberapa kali karena kelilipan kapur.

"Apa yang kau lihat, William?" ucap Pak Brunner lalu membenarkan kacamatanya. Aku meringis mendengar ucapannya. Tak lama aku bisa mendengar tawa anak kelas astronomi tertawa terbahak – bahak.

Tanpa minta izin dulu, Pak Brunner langsung menjewer kupingku dan membawaku keluar kelas. Aku tahu tujuannya. Pasti keruangan guru BP. Tak apalah, aku sudah puas memandangi Ally tadi.

Sebelum keluar kelas, aku sempat memandang kedalam kelas. Aku semakin meringis ketika melihat Ally. Bukan, aku tidak kesakitan karena jeweran Pak Brunner, melainkan aku melihat Ally tersenyum walaupun hanya senyuman tipisnya.



***

Remember to

Vote

and

Comment

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang