Sembilan

8.7K 506 3
                                    

Clarke's pov

"Lepaskan, Xander. Ini masih pagi." Ucapku berusaha melepaskan pelukan Xander yang memelukku dari belakang.

Xander menggeleng dibahuku. Membuatku menindih kepalanya dengan kepalaku. "Nanti Ally dengar." Protesku.

"Biarkan saja, dia sudah mengerti." Jawabnya.

Xander kenapa susah sekali diberitahu. Bagaimana jika Ally berpikir yang tidak – tidak. Ally pasti bisa mendengarnya, secara kamar kami memang terletak bersebelahan dengannya. Ditambah lagi, jika vampire memiliki pendengaran yang lebih dari manusia.

Aku melepaskan tangan Xander yang memeluk perutku. Aku berpaling menghadap Xander yang langsung tersenyum. Saat ini dia sedang memakai jas putih dokternya, siap – siap untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter. Astaga, dia bahkan semakin tampan jika memakai pakaian dokternya.

Aku berjalan menuju meja, mengambil tasku dan menyambar cangkir kecil yang seperti biasa sudah kuisi dengan darah. Meninggalkan Xander sendirian dikamarnya, dan tertawa begitu aku menutup pintunya.

Tak lama aku menutup pintunya, pintu kamarku kembali terbuka menampilkan Xander dengan wajah kesalnya. Dia semakin lucu jika sedang kesal seperti itu. Aku menyengir sementara dia masih menatapku kesal karena kutinggal.

"Kenapa kau..." ucapannya terpotong begitu pintu kamar Ally yang terbuka.

Aku bahkan lupa jika sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Wajah Ally terlihat terkejut begitu mengetahui keberadaan aku dan Xander yang berdiri di depan kamarnya. Tas selempangnya dia sampirkan dibahu kirinya. Dia terlihat berantakan, tapi dia berusaha menutupinya.

"Jangan bilang kalian ingin bercinta disini." ucapnya sambil menatap Xander sebentar lalu beralih menatapku. Aku memberikan cangkir kecil yang kupegang tadi padanya, yang langsung diterimanya.

Aku menggeleng pasti. Tapi Xander mengangguk. "Jadi?" tanyanya. Jari tangan kanannya digerakkan pada cangkir yang baru saja kuberi padanya. Tak lama ia meneguknya hingga habis. Menaruh cangkirnya diatas meja yg ada di dekatnya.

Saat Xander ingin membuka mulutnya, aku langsung menggandeng tangan Ally dan membawanya melesat ke bawah. Lagi – lagi meninggalkan Xander sendirian diatas. Aku dan Ally tertawa begitu sampai ke bawah.

Saat Xander sampai ke bawah, Ally langsung berlari menghampirinya dan memeluknya. "Maaf aku membentakmu." Ucapnya lalu mendongak menatap Xander.

"Tidak apa. Lain kali jika ada masalah, ceritalah padaku atau Clarke." Ucap Xander lalu mencium kening Ally.

"Aku cemburu," sahutku. Ally langsung tertawa, melepaskan pelukannya dan menghampiriku. "Aku juga mau dicium. Disini." ucapku lalu menyentuh bibirku. Aku bisa mendengar Ally yang menggumamkan 'eww'.

"Tidak mau! Sekolah saja sana!" usir Xander yang langsung melipat tangannya di depan dada.

"Yasudah!" Aku langsung menggandeng Ally menuju mobilku. Aku dan Ally berhenti berjalalan ketika Xander tiba – tiba melesat dan berdiri di depanku dan Ally. Mencium bibirku sekilas lalu mendorongku keluar.

Didalam mobil, Ally hanya terdiam dan sesekali melihat ke jendela. Tidak biasanya dia seperti ini. Sudah pasti ada yang dia sembunyikan. Dan tumben sekali dia tidak ingin menaiki mobilnya sendiri. Xander memintaku untuk mengantar Ally selama tiga hari ke sekolah. Ini lebih dari seminggu dan dia masih tidak ingin mengendarai mobilnya.

"Ada apa?" tanyaku memecah keheningan.

Ally menggeleng lalu menunduk. "Ayolah," paksaku.

Ally menghembuskan nafasnya lalu menatapku. "Aku bermimpi," ucapnya. "Cole mendatangiku."

"Creepy," komentarku.

Ally memutar matanya jengah. "Kau mau dengar tidak?" ucapnya kesal.

Aku mengangguk patuh, berusaha untuk tidak berkomentar. Ally kembali menghembuskan nafas panjangnya. "Cole bilang jika aku harus membuka hatiku." Ucap Ally.

Aku berusaha tidak berkomentar, tapi aku tidak bisa, "Itu bagus! Turuti saja permintaannya." Ally langsung melotot padaku.

"Aku tidak bisa," lirihnya, wajahnya kembali berpaling menatap jendela.

"Coba saja dulu, Ally yang kukenal tidak gampang menyerah seperti ini." Maafkanlah diriku yang terlalu men-judgemu, Ally.

Bisa kurasakan jika Ally kembali menatapku. Aku meringis sambil memperhatikan jalan. "Akan kuusahakan," ucapnya lalu tertunduk. "Tapi aku butuh waktu." Sambungnya lalu mendongak menatapku.






" Sambungnya lalu mendongak menatapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Candice King as Clarke Felixio

Zach Roerig as Xander Robin Anderson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zach Roerig as Xander Robin Anderson

***

Remember to

Vote

and

Comment

Frozen Vampire (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang